HUT RI, Yayasan Colo Sagu Nusantara Tanam 79 Bibit Pohon Sagu

239

SENTANI, PapuaSatu.com – Dalam rangka Peringatan HUT Proklamasi Kemerdekaan RI Ke-79, Yayasan Colo Sagu Nusantara melaksanakan penanaman bibit pohon sagu di sekitar Dusun Sagu Bityai Pai, Kampung Sabron Yaru, Distrik Sentani Barat, Kabupaten Jayapura, Selasa (20/08/24).

Penanaman Sagu oleh yayasan yang didirikan Wadir Intelkam Polda Papua, AKBP Fredrickus Maclarimboen, SIK, dihadiri Asisten III Setda Provinsi Papua, Y. Derek Hegemur, Asisten II Setda Kabupaten Jayapura, Delila Giyai, dan sejumlah pejabat lembaga dan instansi pemerintah maupun swasta serta aktifis lingkungan setempat.

Derek Hegemur saat ditemui wartawan usai penanaman bibit sagu menyatakan apresiasinya kepada Yayasan Colo Sagu Nusantara yang menginisiasi budidaya sagu tersebut.

Derek Hegemur yang hadir mewakili Pemerintah Provinsi Papua menyatakan apresiasi atas inisiasi Yayasan Colo Sagu Nusantara tersebut.

“Bagi pemerintah Provinsi Papua, ini adalah sesuatu langkah baik, langkah tepat di tengah derasnya pembangunan yang panjang, yang besar, yang tentu akan mencari lahan, tapi masih ada yang memberikan perhatian yang serius baik, ” ungkapnya.

Dikatakan, semua pihak harus berterima kasih dan tentu saja pemerintah akan mendukung program-program budidaya sagu ataupun program-program yang berkaitan dengan olahan-olahan sagu.

Diakuinya, saat ini budidaya sagu di Papua belum pernah dilaksanakan Pemerintah Provinsi Papua.

“Budidaya sagu secara masih oleh masyarakat saja, ” ungkapnya.

Pemerintah Provinsi sendiri silatnya mendukung melalui kementerian terkait.

Di kesempatan sama,, Fredrickus Macklarimboen yang merupakan mantan Kapolres Jayapura itu mengungkapkan penanaman bibit pohon sagu merupakan kelanjutan dari program penanaman pohon sagu yang digalakkan sewaktu masih menjabat sebagai Kapolres Jayapura.

“Bagi kami sebenarnya bukan hal baru,” ungkapnya.

Yang mana, ia mewajibkan setiap anggota Polres Jayapura yang mau menikah diwajibkannya menanam sagu.

Dikatakan, tujuan utama adalah keseimbangan antara ketersediaan pohon sagu dengan kebutuhan konsumsi sagu oleh masyarakat.

“Kita ingin mengembalikan sagu pada posisinya, ” ujarnya.

Dijelaskan, bahwa nantinya menu dari olahan sagu bisa tetap ada di meja makan.

Dikatakan, pertumbuhan memerlukan waktu diatas 15 tahun, sementara kebutuhan terus meningkat, ditambah dengan hilangnya dusun sagu akibat pembangunan.

Dikatakan juga, bahwa diperlukan peran serta, terutama bagi pemerintah, pegiat sagu, akademisi untuk membuat formula yang dapat mempersingkat umur sagu hingga siap panen.

Selain itu, juga diharapkan bisa dimunculkan teknologi tepat guna yang bisa dipakai untuk upaya optimalisasi pemanfaatan sagu, sehingga bisa bernilai ekonomis tinggi. [Yat]