LOMBOK TIMUR, PapuaSatu.com – Sebanyak 500 kotak teh pepermin (peppermint) atau daun min (mint) khas dari Rinjani yang merupakan produk asli Barisan Pemuda Adat Nusantara (BPAN) Sembalun, akan disuguhkan untuk peserta Kongres Masyarakat Adat Nusantara (KMAN) VI di Papua pada 24-30 Oktober 2022.
Sajian teh pepermin itu akan dibawa oleh perwakilan AMAN Sembalun sebagai bentuk partisipasi untuk menyukseskan KMAN VI.
“Kami siap membawa 500 kotak teh daun min dari Rinjani ke KMAN VI,” kata Ketua Badan Pengurus Harian (BPH) AMAN Daerah Sembalun, Junaedi saat memberikan sambutannya di Rapat Kerja Daerah (RAKERDA) AMAN Daerah Sembalun pada 30 Juli 2022.
RAKERDA yang berlangsung di Dusun Mentagi, Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB) itu turut dihadiri oleh Ketua BPH AMAN Wilayah NTB, Lalu Primawiraputra, Ketua Dewan AMAN Wilayah (DAMANWIL) NTB, Abdurrahman Sembahulun, Kepala Biro Ekonomi Sosial-Budaya AMAN Wilayah NTB, Lalu Kesumajayadi, dan para perwakilan dari 11 komunitas Masyarakat Adat anggota AMAN Sembalun.
Junaedi menerangkan, teh pepermin itu dipercaya oleh Masyarakat Adat Sembalun bisa meningkatkan stamina dan menenangkan pikiran.
Menurutnya, sajian 500 kotak teh daun min yang dibawa dari Rinjani, diharapkan dapat membuat peserta KMAN VI menjadi bugar dan fokus mengikuti jalannya acara dan kegiatan hingga selesai.
Ia menerangkan bahwa teh tersebut merupakan hasil bumi yang dibudidayakan oleh kelompok pemuda adat.
Pembudidayaannya dilakukan di kebun-kebun milik Masyarakat Adat, dan seluruh keuntungan digunakan untuk memenuhi kebutuhan operasional sekolah adat di Sembalun.
Selain itu, juga ditabung untuk menutupi pembiayaan keberangkatan perwakilan Masyarakat Adat untuk mengikuti KMAN VI.
Ketua BPAN Sembalun Abdul Robi menyatakan kalau teh daun min telah mulai diproduksi oleh pemuda adat sejak awal 2019 sebagai penambah daya tahan tubuh saat virus corona merebak.
Ia juga menceritakan proses pembuatan teh daun min yang kala itu dipelajari secara otodidak melalui kanal YouTube. Daun min pun diolah menjadi minuman dengan banyak manfaat.
Awal merintis teh tersebut amat berat, karena para pemuda adat merasa kesulitan dalam mengelolanya, terutama dalam hal pemasaran dan pengemasan, serta modal produksi yang terbatas.
Namun, setelah mendapat dukungan dari AMAN, sebut Robi, semua kendala bisa teratasi.
Ia mengatakan bahwa kini mereka bermitra dengan salah satu toko pusat oleh-oleh khas Masyarakat Adat Sasak di Mataram untuk mendistribusikan penjualan teh daun min yang mereka produksi.[yat]