Timotius Murib : Stop Bicara Pemekaran Papua

737
Caption: Ketua MRP Papua Timotius Murib (sony)
Caption: Ketua MRP Papua Timotius Murib (sony)

JAYAPURA, PapuaSatu.com –  Ketua MRP Papua  Timotius Murib menegaskan  stop bicara pemekaran Papua atau DOB (Daerah Otonomi Baru).

Pasalnya,  wacana pemekaran Papua bukan aspirasi  murni dari rakyat asli Papua, melainkan hanya keinginan segelintir orang yang meminta ke Pusat mengatasnamakan rakyat Papua.

“Sampai hari  ini orang asli Papua belum pernah minta  pemekaran, yang bicara pemekaran itu hanya para pejabat tertentu mengatasnamakan rakyat Papua,”tegasnya kepada wartawan usai ibadah syukur HUT MRP ke 14 di Kotaraja, Selasa (5/11) kemarin.

Dikatakan, karena pemekaran bukan aspirasi  rakyat Papua, maka MRP  sebagai refresenti  kultural Papua dengan tegas menolak wacana pemekaran Papua tersebut.

“ MRP tetap menghargai   moratorium pemekaran  yang dicanangkan presiden dari sabang sampai Merauke,”tegasnya.

Untuk itu , MRP tidak akan memberikan rekomendasi atau persetujuan  soal Pemekaran Papua. Sebab mengacu Pasal 76 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otsus Papua  menyatakan pemekaran Provinsi Papua dilakukan atas persetujuan MRP dan DPRP, dengan memperhatikan sungguh-sungguh kesatuan sosial-budaya, kesiapan Sumber Daya Manusia dan kemampuan ekonomi dan perkembangan di masa datang.

Jadi itu sangat jelas diatur, sehingga jika Pusat tetap memaksakan, maka  itu suatu kekeliruan besar  dan ada konsekuensi yang harus ditanggung.

“Tolong kalian Wartawan tulis itu, kalau pemekaran dipaksakan,  MRP minta pusat  drop banyak-banyak peti mati ke Papua,  sebab akan banyak  orang Papua mati dan bawa jenazasnya kubur di Pusat sana,”katanya.

Timotius Murib dengan tegas mengatakan, pemekaran belum saatnya  untuk Papua, justru MRP ingin bicarakan agar kabupaten-kabupaten pemekaran utmanya di wilayah gunung yang tidak memberikan kesejahteraan bagi rakyat Papua  agar dilakukan penggabungan kembali seperti semula.

Sebab kondisi yang terjadi saat ini justru terjadi pengungsian besar-besaran,  seperti di Nduga dan Puncak Ilaga daerahnya kosong, rakyat pada mengungsi, kalau kondisi sudah demikian,  maka pemekaran itu jadi percuma dilakukan.”Yang dibutuhkan rakyat saat ini hidup sejahtera, bukan pemekaran,”tandasnya.

Sebelumnya Mendagri, Tito Karnavian menyebut pemekaran wilayah Papua karena faktor situasional dan berdasarkan data intelijen.

Menurut Tito, idealnya ada tiga provinsi lagi di Papua. Namun, anggaran yang terbatas membuat pemerintah pusat hanya bisa menyetujui penambahan dua provinsi lagi. Dua calon provinsi baru itu adalah Papua Selatan dan Papua Pegunungan Tengah.

Sedangkan Papua Selatan bakal mencakup Kabupaten Merauke, Kabupaten Asmat, Kabupaten Mappi, Kabupaten Boven Digoel, dan Kota Merauke. Sementara Papua Tengah mencakup wilayah adat Meepago dan La Pago. [sony]