Mahasiswa Papua berunjuk rasa di Kantor DPRP mendesak agar kasus penembakan di Deiyai diusut tuntas. Foto : Abe Yurie
JAYAPURA, papuasatu.com – Ribuan masyarakat Papua yang tergabung dalam Solidaritas Pemuda dan Mahasiswa Rakyat Peduli HAM Deiyai Papua (SPMR – PHDP) datang dan berujuk rasa di depan Kantor DPRP, Selasa (8/8) siang.
Masa yang terdiri dari berbagai Organisasi Kemahasiswaan d

an Kepemudaan di Kota Jayapura tersebut, mendedak agar DPRP segera mengusut tuntas kasus penembakan yang dilakukan oleh aparat keamanan yang terjadi di Kampung Oneibo, Kabupaten Deiyai, 01 Agustus 2017.
Koordinator Umum, Aliansi Mahasiswa Papua dalam orasi pembukanya di depan Ketua DPRP, Yunus Wonda mengatakan, ia bersama ribuan mahasiswa lainnya datang ke Kantor DPRP karena saat ini Papua sedang mengalami darurat HAM.
Menurutnya, darurat HAM yang terjadi ini bukan hanya yang terjadi di Kabupaten Deiyai saja namun jika diuraikan akan sangat panjang dan banyak sekali sejak bergabungnya Irian Barat (saat ini Papua) ke Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak tahun 1963 – 2017.
“Oleh sebab itu kami datang kepada bapak-bapak anggota DPRP Komisi I yang menangani Hukum dan HAM, saya minta dengan hormat agar dapat menindak lanjuti permasalahan yang terjadi tanggal 01 Agustus 2017 di Kampung Oneibo, Kabupaten Deiyai soal penembakan yang dilakukan oleh aparat Brimob yang telah menewaskan satu warga sipil dan beberapa korban luka-luka yang masih dirawat hingga saat ini” katanya.
Arnold Kobagau selaku Ketua MPM Universitas Cenderawasih (Uncen) dalam orasinya mengatakan, banyak hal yang salah dalam pendekatan yang dilakukan aparat di Tanah Papua.
“Kami harap agar para pemangku kepentingan di DPRP dapat merekomendasikan aspirasi kami ini ke sidang hari ini, dan kami juga memberikan deadline agar bapak-bapak agar dapat mengusut tuntas kasus penembakan yang terjadi di Deiyai” ungkapnya.
Ketua BEM Uncen, Paskalis Boma dalam orasinya, mengatakan “kami mengutuk penembakan yang dilakukan oleh aparat keamanan dan kami meminta agar oknum tersebut agar secepatnya dihukum” katanya.
Massa juga meminta agar DPRP segera membentuk tim khusus untuk menangani kasus tersebut. Selain itu, merekapun meminta agar Kapolsek Tigi dicopot dari jabatannya saat ini.
Sementara itu, Ketua DPRP, Yunus Wonda yang langsung menemui masa, mengatakan pihaknyapun ikut mengutuk keras insiden yang terjadi itu.
“Kami dalam waktu dekat ini akan melakukan sidang, pernyataan adik-adik akan kami berikan kepada fraksi-fraksi yang ada. Dan kami akan mencari tahu apakah PT Putra Dewa yang beroperasi di Deiyai itu menggunakan dana dari Pemerintah Provinsi atau tidak, jika perusahaan tersebut menggunakan dana dari pemerintah, maka perusahaan itu akan kami tutup” tukasnya
Direncanakan masa akan kembali melakukan aksi 1.000 lilin di Taman Imbi kota Jayapura, pada malam hari ini.
Massa juga mengancam akan kembali menduduki DPRP Papua pada 1 September 2017 jika aspirasinya belum direalisasikan.
Untuk diketahui, sebelumnya beberapa aksi solidaritas atas nama masyarakat Papua juga dilakukan, termasuk pembakaran 1.000 lilin di pusat Kota Jayapura.
Keseluruhan aksi ini merupakan kecaman terhadap insiden penembakan yang dilakukan aparat Kepolisian kepada warga sipil di Deiyai, Papua, 1 Agustus lalu.
Sebelumnya, terjadi bentrok antara aparat kepolisian dengan warga di area Camp PT. Putra Dewa Paniai yang tengah mengerjakan proyek jembatan Oneibo di Kampung Oneibo, Distrik Tigi, Kabupaten Deiyai-Papua, Selasa (1/8) lalu.
Akibat peristiwa ini, 9 orang warga tertembak, satu diantaranya meninggal dunia. Sedangkan dari aparat keamanan sedikitnya 11 orang terluka. (Abe)