Penyekap dan Pemperkosa Guru di Mapenduma Masih Kerabat Dekat Kelly Kwalik

2015
Kapendam XVII/Cenderawasih, Kolonel Inf. Muhammad Aidi (foto/dok)

JAYAPURA, PapuaSatu.com – Peristiwa tragis dan memilukan kembali dialami dunia pendidikan di Papua. Setelah beberapa waktu lalu terjadi di Kampung Banti, Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika, penyekapan dan pemerkosaan terhadap guru kembali terjadi di Distrik Mapenduma, Kabupaten Nduga.

Kali ini juga menjadikan tenaga medis dalam kasus penyekapan oleh Kelompok Kriminal Sipil Bersenjata (KKSB) pimpinan Egianus Kogeya.

Kapendam, Kolonel Inf. Muhammad Aidi mengungkapkan bahwa penyekapan berlangsung selama 10 hari (3-17 Oktober 2018).

“Sesuai dengan laporan yang kami terima dari jajaran bahwa betul telah terjadi penyekapan terhadap para guru dan tenaga medis yang bertugas di Mapenduma oleh KKSB pimpinan Egianus Kogeya sejak tanggal 3 Oktober hingga 17 Oktober 2018,” kata Kapendam XVII/Cend Kolonel Inf Muhammad Aidi saat dikonfirmasi oleh media di Jayapura, Senin (22/10/2018).

Kapendam menceritakan bahwa dari keterangan yang didapatnya dari salah satu korban berinisial MT, bahwa, peristiwanya bermula saat kedatangannya bersama tiga orang rekannya, masing-masing EL (guru SD), LY (guru SMP) dan FN (guru SMP) pada Rabu (3/10/2018) untuk menjalankan tugas mengajar dari Dinas Pendidikan Kabupaten Nduga.

“Saudari MT menjelaskan bahwa mereka adalah rombongan pertama yang masuk ke Distrik Mapenduma pada hari Rabu tanggal 3 Oktober 2018 bersama-sama dengan 3 rekan lainya,” ceritanya.

Pada saat mereka tiba di Bandara Mapenduma, lanjut Kolonel Aidi, MT bersama tiga orang rekanya disambut dan dikepung oleh  KKSB lengkap dengan senjata api berbagai jenis.

Setelah pesawat jenis Caravan yang di tumpangi sdri MT dan rekan-rekanya meninggalkan Bandara Mapenduma, pimpinan dari KKSB mengambil alih pasukan.

Mereka mengumpulkan dan melakukan pemeriksaan dan penggeledahan  terhadap MT dan kawan-kawannya serta menyita HP dan KTP.

“ Kami tidak tahu persis berapa jumlah mereka tapi kami perkirakan diatas 20 orang,” cerita Kolonel Aidi dari penuturan MT.

Setelah dikumpulkan dan dilakukan pemeriksaan, MT bersama rekannya diarahkan oleh kepala sekolah untuk tinggal di perumahan guru, dan  MT menempati sebuah rumah bersama dua orang temannya.

Masih dari cerita MT, bahwa pimpinan KKSB menyampaikan bahwa tenaga guru dan tenaga kesehatan tidak boleh keluar rumah  sebelum acara KKSB di distrik Mapenduma selesai. Namun tidak diketahui acara apa yang dimaksud.

“Saudari MT  menyampaikan bahwa Sekitar satu minggu (lupa hari dan tanggalnya) semenjak mereka disekap. Suatu malam sekitar pukul 00.30 WIT telah datang ke tempat tinggal saudari MT, anggota KKSB sebanyak tujuh orang yang tidak dikenal, dengan cara mencongkel jendela belakang rumah dan masuk ke dalam rumah yang ditempati saudari MT dan dua orang temannya,” sambungnya.

Setelah tujuh anggota KKSB masuk ke rumah, mereka langsung memadamkan listrik rumah dan pada saat itu dalam kondisi hujan deras.

Meski MT dan teman-temannya berupaya berteriak dan meminta pertolongan karena merasa takut, namun tidak ada yang mendengar.

MT dan dua orang temannya diancam dengan todongan senjata dan diperkosa secara bergilir oleh lima orang dari tujuh anggota KKSB tersebut.

Sekitar Pukul 03.30 WIT Anggota KKSB baru meninggalkan para korban.

Pada pagi harinya MT melaporkan kepada kepala sekolah apa yang telah dialami semalam bersama temanya di rumah guru tempat mereka disekap.

Setelah kejadian tersebut, para guru dan tenaga kesehatan dikumpulkan dan diungsikan ke perumahan Puskesmas Distrik Mapenduma.

Dimana ditempat tersebut sudah ada yang lain dengan rincian Guru SMP sejumlah 6 orang, Guru SD sejumlah 3 orang, dan tenaga kesehatan perempuan sejumlah 4 orang. Sehingga ditambah MT dan dua rekannya, seluruhnya menjadi 16 orang.

“Setelah berselang 1 minggu tepatnya pada hari Kamis tanggal 18 Oktober para tenaga guru dan tenaga kesehatan dipulangkan menuju Wamena dengan dikawal oleh KKSB lengkap dengan senjatanya sampai ke Bandara Mapenduma,” cerita Kolonel Aidi.

Sebelum mereka naik pesawat pimpinan KKSB mengancam akan membunuh semua tenaga guru dan tenaga kesehatan apabila ada yang melapor ke pihak aparat keamanan.

“Sesuai dengan data yang kami himpun, pelaku penyekapan adalah KKSB Pimpinan Egianus Kogeya, yang bersangkutan masih hubungan keluarga dengan almahrum Kelly Kwalik pelaku penyanderaan terhadap tim Lorentz tahun 1995/1996 di Mapenduma,” ungkap Kolonel Aidi.

Kelompok Egianus Kageya, juga adalah pelaku penembakan pesawat dan pembantaian terhadap masyarakat sipil termasuk anak kecil di Nduga beberapa waktu yang lalu.

Atas peristiwa tersebut, Kolonel Aidi menyatakan bahwa pihaknya pasti akan melakukan tindakan sesuai prosedur yang ada.

“Namun mekanismenya tidak perlu disampaikan ke publik. Kan Pangdam dan Kapolda sudah membentuk Satgas Penegakkan Hukum (Satgas Gakkum). Hal ini demi menjamin kepastian dan kewibawaan hukum di wilayah kedaulatan NKRI,” Kolonel Aidi menjelaskan.

Kolonel Aidi pun menegaskan bahwa perbutan KKSB tersebut sangat keji dan tidak berperikemanusiaan. “Ini adalah tindakan keji dan biadab yang tidak berprikemanusiaan. Mereka (korban, red) adalah pekerja sosial, mereka rela meninggalkan kampung halaman dan keluarga demi untuk mensejahterahkan dan memajukan masyarakat pedalaman Papua. Tapi mereka justru mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi,” ungkap Aidi menyesalkan.[yat]