Shalom, Salam Sejahtera Bapak Gubernur Papua Yang Terhormat,
Apa kabar, bapak ? Saya berdoa, semoga bapak dalam keadaan baik selalu, sehat-walafiat dan kiranya terus diberkati oleh Tuhan Yang Maha Kuasa dalam menjalankan seluruh tugas dan tanggung jawab sebagai kepala Daerah di Provinsi Papua ini. Amin !
Bapak Gubernur yang terhormat, pertama-tama saya menyampaikan permohonan maaf jika terbitnya surat ini kurang elok dan relevan bagi bapak. Tetapi apa boleh buat, Kami harus menuliskannya karena sudah tidak ada cara untuk menyampaikan isi hati kami yang selama ini kami pendam, khususnya mahasiswa.
Saya memberikan apresiasi kepada bapak karena berhasil memecahkan mitos bahwa ‘orang gunung-Papua’ tidak bisa jadi gubernur di Provinsi Papua sebagaimana yang selama ini menjadi ‘buah bibir’ sebagian orang Papua dan orang luar Papua. Bapak berhasil memecah mitos dengan terpilih menjadi gubernur Papua pertama yang berasal dari anak kandung koteka dan orang pedalaman Pegunungan Tengah-Papua.
Hal itu merupakan suatu kebanggaan buat Kami-anak-anak milenial Pegunungan Papua. Kami sebagai anak-anak muda Papua merasa gembira dan bangga karena pada akhirnya hukum Tuhan yang mengatakan bahwa” suku bangsa yang terbelakang suatu saat akan menjadi terdepan, sementara yang terdepan akan menjadi terbelakang” pun tergenapi.
Dengan demikian melalui peristiwa ini, Tuhan rupanya sedang mengarahkan perhatiannya pada anak-anak negeri Cenderawasih khususnya yang berasal dari wilayah Pegunungan untuk berbuat sesuatu bagi negeri orang Papua ini. Ini semua kerja Tuhan yang amat mulia dan menakjubkan.
Bapak Gubernur, saya bersama beberapa teman mahasiswa Papua di Kota Jayapura telah sejak lama percaya bahwa bapak merupakan pemimpin yang diutus Tuhan untuk menjadi gembala bagi rakyat Papua yang sementara berada dalam suasana ketidakjelasan, kebingungan, ketidakpastian dan kebisuan yang menyelimuti bangsa ini untuk berjalan dan berdiri di atas kakinya sendiri. Kami sangat merasakan fenomena alamiah disertai getaran hati rakyat yang menyatakan hal tersebut.
Sosok bapak yang berasal dari masyarakat pedalaman yang lahir sebagai anak kandung polesan sejarah kekerasan dan penindasan- yang telah menjadi tontonan sehari-hari dan secara genetik ikut diwariskan, membuat kami percaya bahwa bapak akan sangat berpihak pada kepentingan rakyat Papua yang kini sedang perlu bangkitkan untuk diselamatkan.
Dan ternyata hal tersebut sangat kami rasakan dalam periode pertama kepemimpinan bapak yang oleh karenanya telah menggerakkan hati rakyat dan alam Papua untuk memilih bapak mengemban tugas diperiode kedua ini.
Bapak Gubernur yang kami banggakan, kami sebagai mahasiswa secara garis besar sejak awal sudah sangat setuju dan tertarik dengan visi-misi bapak tentang Papua Bangkit, Mandiri, Sejahtera dan Berkeadilan. Kami menyadari bahwa visi itu merupakan impian mulia yang sungguh besar yang dalam upaya mencapainya tentu tidaklah mudah.
Namun, kami patut mengakui bahwa beberapa aspek dari implementasi visi itu telah terlaksana dan selebihnya akan masih berproses di beberapa tahun mendatang.
Berbagai kebijakan dan program unggulan-populis seperti, adanya Kartu Papua Sehat (KPS), pembagian dana OTSUS 20-80, penyelenggaraan PON 2020, didapatnya 10% saham PT.Freeport (walau masih simpang siur), Rotasi pejabat struktural dengan wajah baru, pembentukan KAPP, Penetapan Perda Miras, Penolakan Transmigran, gebrakan reorganisasi KPA dan masih banyak lainnya, adalah merupakan upaya-upaya berani dan nyata dalam usaha melindungi serta mengangkat harkat dan martabat orang asli Papua.
Semua itu merupakan dalil-dalil yang akan menerangkan kepada kami bahwa untuk menuju Papua bangkit, mandiri, sejahtera dan berkeadilan, maka yang pertama harus dilakukan adalah menyelamatkan eksistensi manusia Papua dengan mengangkat harga diri, menghidupkan semangat, jati diri dan identitas orang Papua yang sudah lama menurun atau kolaps.
Kami melihat bahwa hanya dengan membangkitkan semangat, psikologis, identitas dan jati suatu bangsa maka bangsa itu akan bangkit secara kolektif dan akhirnya akan siap bila didukung secara teknis dan regulasi oleh pemerintah, maka mereka akan dapat menjadi mandiri sebagai sebuah bangsa (nation) maupun sebagai sebuah rakyat yang dipimpin dalam suatu wilayah pemerintahan.
Sebab apabila bangsa itu sudah bangkit, dan telah mandiri di berbagai aspek kehidupannya, maka tentu akan dengan sendirinya menjadi bangsa yang sejahtera dan makmur. Dan apabila suatu bangsa sudah sejahtera, maka sudah pasti keadilan akan datang karena ia adalah elemen utama menuju kesejahteraan suatu bangsa.
Tidak ada bangsa yang akan menjadi sejahtera tanpa disertai adanya keadilan, keadilan akan ada sebagai prasyarat mencapai kesejahteraan. Sebuah bangsa tidak dapat dikatakan sejahtera jika masih ada ketidakadilan di mana-mana. Dan untuk itu, keadilan adalah elemen kunci yang juga turut menentukan kesejahteraan masyarakat sebuah bangsa.
Bapak Gubernur, kami meyakini bahwa dalam mencapai cita-cita Papua bangkit, mandiri sejahtera dan berkeadilan itu, kini bapak sedang berupaya sekuat tenaga, menggunakan segenap pikiran dan waktu dalam mewujudkan kebangkitan, kemandirian dan keadilan bagi rakyat demi mencapai kesejahteraan.
Memang dalam mengukur keberhasilan bapak, perlu alat ukur yang sahi dan setiap bidang/SKPD harus juga mampu mengukur keberhasilan mereka sehingga pelaksanaan misi-misi, kebijakan-kebijakan, program-program dsb. yang selama enam tahun ini dijalankan dapat dinilai serta dapat dievaluasikan implementasinya.
Seraya memahami beratnya membangkitkan aspek psikologis dan fisik orang Papua yang sudah lama rapuh dan surut serta memahami beratnya memandirikan bangsa yang baru dikontak dengan dunia luar yang telah menciptakan ketergantungan yang berat ini, kami memiliki keyakinan bahwa sumber daya manusia merupakan kunci dalam membangkitkan manusia Papua sehingga mereka sadar bahwa dirinya harus bangkit dan menjadi mandiri untuk mempertahankan hidup dan eksistensinya dewasa ini.
Demikian pula, kesehatan menjadi elemen inti, terutama dalam mendukung terciptanya SDM yang handal guna mengalami kebangkitan, kemandirian menuju sejahteraan. Maka, selama sekitar 5 tahun lalu, kami merasa perlu bertemu bapak Gubernur untuk dengan lebih leluasa berbicara tentang konseptualisasi bapak gubernur akan nasib dan arah serta masa depan Papua selama periode terlampau dan periode berjalan ini.
Tetapi, kami patut sampaikan secara terbuka pada kesempatan ini bahwa kami sangat mengalami kesulitan untuk bertemu bapak, sebab tidak satu pun orang-orang di sekitar bapak yang bisa memfasilitasi kami mahasiswa untuk bertemu dengan bapak. Apakah itu memang sudah aturannya seperti itu, atau adakah unsur-unsur lain yang lebih berperan di dalamnya. Kami tidak tahu dan bingung.
Bapak Gubernur yang mulia, sebagaimana yang sudah kami sampaikan bahwa sumber daya manusia yang diukur melalui IPM dan derajat kesehatan merupakan dua komponen vital yang akan menentukan bagaimana rakyat Papua ini dapat bangkit, mandiri dan sejahtera atau tidak.
Maka sebagai bagian dari mahasiswa Papua yang mengenyam pendidikan di tanah Papua, kami mengharapkan agar bapak lebih sering mengadakan dialog dengan mahasiswa dan pelajar sehingga mereka dapat termotivasi mental dan psikologisnya untuk bangkit bersama menemukan jati dirinya.
Kami melihat itu merupakan langkah lain yang bisa dilakukan, melihat sosok bapak yang sangat sederhana dan populis. Dalam kepentingan kemaha-siswaan ini, mahasiswa Papua yang berada di kota studi Jayapura dll perlu dirangkul dan diperhatikan, sebab walau bagaimana pun mereka ini adalah ibarat “anak bungsu yang selalu jaga rumah ketika saudara-saudaranya yang lain pergi dan merantau.
Anak bungsu itu adalah kunci dan jaminan dari semua peristiwa entah baik atau buruk yang akan terjadi di rumahnya bersama orang tuanya, ketimbang anak-anak yang merantau tadi”.
Artinya mahasiswa Papua yang ada di Papua hari ini perlu dan sangat penting untuk diperhatikan. Bapak Gubernur perlu memperhatikan para generasi muda itus, sehingga mereka dapat benar-benar dibantu untuk menyelesaikan pendidikannya. Kami merasa ketiadaan perhatian pemerintah Kabupaten/Kota sudah seharusnya diisi oleh pemerintah Provinsi Papua.
Pemerintah Provinsi Papua melalui instansi/badan teknis terkait sudah semestinya sejak dahulu memperhatikan mahasiswa Papua yang tidak tercover dalam tanggungan pembiayaan oleh pemerintah daerahnya untuk diperhatikan oleh Pemerintah Provinsi.
Terutama dan khususnya adalah bagi mahasiswa kesehatan (dokter, bidan, perawat, analis, ahli Gizi, Kesling dan Apoteker) dan tenaga pendidik (guru, dosen, peneliti, teknisi, infokom dan bahasa asing). Saya merasakan bahwa dengan adanya perhatian yang komprehensif kelak atas dua bidang di atas, akan sangat membantu mempercepat mencapai perwujudan Papua Bangkit, Mandiri dan Sejahtera serta Berkeadilan. Poin-poin ini dapat didiskusikan lebih lanjut.
Bapak Gubernur, kami merasa selama ini terlalu besar jarak yang tercipta antara bapak dengan kami sebagai mahasiswa dan pelajar, sehingga saya berharap agar ini bisa dipertimbangkan dengan kelebihan dan kebijaksanaan hati bapak sehingga ke depan para penerus estafet bapak ini akan selalu menempatkan dan mengenang bapak di hati sanubari setiap mereka.
Sudah cukup lama, kami merasa sangat sulit untuk bertemu dan berdialog bersama bapak. Jika perlu sebagai masukan konkret, kami meminta sebulan/ triwulan sekali bapak melakukan kunjungan ke sekolah-sekolah dan Perguruan Tinggi, sebab hari ini anak-anak muda bangsa ini sedang mengalami krisis panutan, dan krisis tokoh-tokoh besar yang bisa diteladani.
Bapak gubernur yang kami hormati, demikian yang mungkin ingin saya sampaikan melalui surat ini, apabila ada kesalahan dalam bertutur kata atau menyinggung hati dan perasaan bapak, saya atas nama seluruh mahasiswa dan pelajar Papua di Kota Madya Jayapura menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, Tuhan memberkati kita semua. Waa…wa…wa….
Jayapura, 13 April 2019
Hormat Saya,
Benyamin Lagowan,S.Ked
(Alamat: Mess FK Uncen Abepura-Jayapura. No HP: 085243995963)