JAYAPURA, PapuaSatu.com – Badan Pengurus Jemaat (BPJ) Pos Pi Maranatha klasis Kota Jayapura dan aktivis Komite Nasional Papua Barat (KNPB) selenggarakan Ibadah KKR Peduli Kemanusiaan Tn.Victor F. Yeimo di Gereja Pos Pi Maranatha Bukti Senyum, Kotaraja, Minggu (19 Februari 2023).
Dalam kegiatan Ibadah tersebut, dihadiri oleh seluruh umat Tuhan, Perwakilan Kelasis Kota Jayapura, Mahasiswa/i Pos 7 Sentani-Jayapura, aktivis KNPB dan Perwakilan Rakyat Papua Melawan Rasisme (PRPM) dengan Thema: “Memperjuangkan Demi Kemanusiaan” dan Sub Thema: “Mari Kita selamatkan Manusia (Matius, 25:35-36)”.
Pengkhotbah Yan You, S.TH mengatakan dari sisi hamba Tuhan melihat Tuan Victor F. bukan pelaku rasisme melainkan korban dari rasisme pada tiga tahun yang lalu.
“Ya kami dari sisi hamba Tuhan dan sebagai aktivis kemanusiaan meminta segera bebaskan Tuan Victor F. Yeimo, karena dia bukan pelaku rasisme tapi dia adalah korban rasisme yang terjadi pada tahun 2019 lalu dan dia adalah pejuang kemanusiaan Papua”, tegas gembala Yan You, S. TH kepada media.
“Sebagai suara gembala menyampaikan pada kesempatan hari ini saya menanggapi apa yang disampaikan oleh oknum-oknum yang mengatakan di media beberapa waktu yang lalu Victor Yeimo merupakan otak dari pelaku kekerasan di Papua maka memberikan hukuman seberat-beratnya, melihat hal ini kami menjadi kesal,” lanjutnya.
Dikatakan, rasisme itu bukan ditunjuk kepada tuan Victor saja tetapi kepada seluruh orang Papua, entah itu dia dari barat timur itu termasuk kulit hitam, jadi kami pesan di sini itu sesuatu yang tidak ada di atas negeri ini dan di negeri ini hanya untuk ciptaan Tuhan yang Tuhan Allah ciptakan yaitu manusia.
Sementara itu, sala satu perwakilan Kelasis Kota Jayapura yang tak disebutkan namanya memberikan sebuah motivasi kepada aktivis KNPB dan peduli kemanusiaan yang hadir dalam ibadah KKR Kemanusiaan tuan Victor F. Yeimo.
“Selama kita di bumi ini butuh kebebasan dan damai untuk abadi. Sebagai aktivis rakyat Papua yang juga sebagai umat Tuhan yang sedang korban, rasa memiliki kesadaran diri itu penting dari berbagai hal yang membuat tubuh lemah selagi ada dalam perjuangan kebebasan Bangsa Papua Barat,” ungkapnya.
“Dengan demikian, Perempuan jangan main kandungan, bila main kandungan, tidak ada penerus ke depan di bumi Papua adalah ingatan dari manusia Papua yang sedang mati dan korban terus-menerus di atas tanahnya sendiri. Sehingga kita sebagai Pria dan Wanita, pentingnya jaga kekudusan demi kebebasan di bumi dan untuk di surge,” ujarnya dalam relase pers.
Martinus Naka sebagai perwakilan Aktivis KNPB Egagowiyai mengatakan, pejuang adalah hamba rakyat dan hamba adalah pejuang demi kebebasan umat manusia dari Sang penciptaNya.
“Kami perlu sadari bahwa pejuang adalah hamba rakyat dan hamba adalah pejuang demi kebebasan umat manusia dari penindasan dan penjajahan oleh manusia yang tidak punya rasa memilik manusia itu penting bagi manusia dan berharga di mata PenciptaNya. Perkataan untuk berjuang demi kebebasan, tidak hanya perkataan di mulut akan tetapi dengan bertindak adalah perjuangan yang sesungguhnya menurut harapan dan suara hati rakyat yang lemah diatas alam leluhurnya sendiri di Tanah Papua”, ungkap Martinus.
Dilanjutkan oleh Perwakilan BPJ Pos Pi Maranatha, Kelasis Kota Jayapura, bahwa kita tidak boleh diam, harus bicara atas penderitaan umat kita di bumi Papua yang dilakukan oleh kaum pemodal kapitalisme, militerisme, kolonialisme, imperialisme secara tidak manusiawi. Padahal manusia adalah berharga dihadapan Tuhan.
Manusia bukan harus dihina, bukan juga didiskriminalisai oleh manusia itu sendiri, melainkan diselamatkan oleh manusia untuk manusia, karena manusia itu penting bagi manusia dan manusia berguna bagi Tuhan.
Hal yang berbeda disampaikan melalui relase pers itu dari Perwakilan Rakyat Papua melawan Rasisme (PRPM) bahwa, “ Masalah Victor F. Yeimo bukan masalah Mee, bukan masalah Victor Yeimo sendiri, akan tetapi masalah Orang asli Papua dan Non-Papua secara umumnya yang bagian dari korban rasisme pada beberapa tahun yang lalu.
Dong bilang orang Papua Monyet dan itu menunjukkan bahwa, orang Papua harus mati diatas tanahnya sendiri.
“Maka itu, Gereja adalah pejuang kebenaran dan kebebasan. Gereja harus dan harus untuk menyuarakan kebenaran secara bertindak, tidak hanya berdoa. Berdoa dan bekerja adalah solusi kebebasan bagi umat yang tertindas. Karena rasisme itu bukan kepada hanya satu orang, tapi masalah orang asli Papua bahkan masalah internasional”, ujarnya.[Miki]