JAYAPURA, PapuaSatu.com – Dalam pelaksanaan program percepatan eliminasi malaria, Dinas Kesehatan Kota Jayapura mengintensifkan pengendalian malaria di Distrik Muara Tami.
Hal itu, karena tingginya kasus malaria di Distrik Muara Tami, yang menjadi penyumbang paling banyak kasus malaria di Kota jayapura, yakni 60 persen.
“60 persen kasus malaria di Kota Jayapura penyumbanya dari Distrik Muara Tami, mulai wilayah kerja Puskesmas Skow dan wilayah kerja Koya Barat,” ungkap Pj Pengelola Program Malaria’ Agus Triyanto saat menggelar intervensi malaria di Koya Barat, Distrik Muara Tami, Sabtu (5/11/22).

Dikatakan, untuk percepatan eliminasi malaria Tahun 2022, Dinas Kesehatan Kota Jayapura melakukan kegiatan-kegiatan identifikasi malaria.
Salah satunya adalah MBS (Mass Blood Survey) atau pemeriksaan malaria secara cepat menggunakan Rapid Diagnostic Test (RDT) oleh kader-kader malaria yang sudah dilatih.
“Tujuan MBS itu salah satunya itu tadi. Kita mengcover seluruh warga Distrik Muara Tami untuk melakukan tes malaria,” jelasnya
Setelah diketahui positif malaria, kader yang ditunjuk langsung melakukan pengobatan sesuai jenis malarianya, apakah Plasmodium Vivax, Plasmodium Ovale, Plasmodium Malariae, atau Plasmodium Falciparum.
Setelah diobati, selanjutnya dipantau oleh kader malaria tersebut dengan standar yang ditetapkan, yang tergantung jenis malarianya.
Setelah dilakukan MBS, akan banyak diketemukan positif malaria.
Intervensi selanjutnya dikendalian jentik nyamuk atau vector-nya dengan melakukan IRS (Indoor residual spraying), karena salah satu penyebab malaria adalah nyamuk anopeles.
Yaitu menyemprotkan insectisida secara merata pada permukaan rumah dengan menggunakan standar alat semprot pengendalian malaria.
Racun atau insectisida yang disemprotkan ke dinding rumah dengan maksimal, akan bertahan selama tiga bulan di dinding rumah.
Selama tiga bulan itu, bila ada nyamuk yang hinggap di dinding rumah yang terdapat insectisida, otomatis nyamuk tersebut akan mengalami kelumpuhan kaki-kakinya dan akhirnya mati.

Selain mengintervensi atau membasmi nyamuknya, selanjutnya dilakukan intervensi jentik nyamuknya dengan larvasiding.
Yaitu dengan mengaktifkan larvasida pada tempat perindukan vector atau tempat nyamuk meletakkan telur-telurnya, yakni di genangan-genangan air.
Usai penyemprotan, petugas juga pembagian kelambu kepada warga Koya Barat di Jalan Kali Buaya.
Pemerintah juga mengharap dukungan masyarakat untuk turut melakukan sendiri, terutama dengan menjaga kebersihan lingkungan dan melakukan pengendalian nyamuk secara hayati, yakni menanam tumbuhan-tumbuhan penghalau nyamuk, seperti bunga lavender dan sereh.
“Itu bisa ditanam di teras rumah kita. Nyamuk itu kan mencari keringat manusia. Kalau ada tumbuhan itu, dia akan menghalau,” jelasnya.
Bila ada genangan air, seperti kolam, diharapkan untuk menabur ikan-ikan pemakan jentik, salah satunya adalah ikan kepala timah.
Dikatakan, pengendalian malaria akan terus ditindaklanjuti (follow up) dengan penyemprotan ulang dalam jangka waktu tertentu di lokasi yang terdeteksi terjadi lonjakan kasus malaria.
Untuk program percepatan eliminasi malaria, Pemerintah Kotamadya Jayapura melalui Dinas Kesehatan telah melatih 230 orang untuk menjadi kader malaria di seluruh Kotamadya Jayapura.[redaksi]