SENTANI, PapuaSatu.com – Salah satu akademisi dari Universitas Cenderawasih, yakni Dr. Yehuda Hamokwarong, yang merupakan dosen pada Program Studi Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, menceritakan sejarah masuknya Injil di Lembah Grime Nawa, Kabupaten Jayapura.
Diceritakan, bahwa suatu peradaban baru bagi orang Papua diletakan oleh para utusan Zending Gereja Protestan dan Misonaris Katolik sejak satu abad lalu.
Utusan Gereja Protestan Belanda, yaitu Ottow dan Geisler menginjakan kaki di pulau Mansinam Manokwari pada tanggal 5 Februari 1855, dan sejak itu suatu peradaban baru dimulai.
“Sejarah mencatat, sejak itu sekolah rakyat bagi anak-anak dibuka dan pemberitaan Injil Terang Kristus diberitakan ke seluruh Tanah Papua melalui Gereja Kristen Injili di Tanah Papua, ” ungkapnya kepada awak media di Kota Sentani, Selasa (13/8/24).
Lebih lanjut diceritakan, Lembah Grime Nawa Kabupaten Jayapura atau pada masa Pemerintahan Belanda lalu disebut Onderafdeling Nimboran, tidak terlepas dari peran pelayanan gereja Protestan pada waktu itu.
Pada tanggal 15 Agustus 1924, Badan Zending Belanda yaitu Utrech Zending Vereneging (UZV) mengutus tiga zending yaitu Jacobus Bijkerk, George Schneider dan Alberth de Neef menginjakan kaki di Kampung Berap-Wilayah Adat Grime Nawa untuk memberitakan Injil.
Selanjutnya ketiga hamba Tuhan itu membangun Pusat Gereja dan Pendidikan di kawasan Bukit Mentie Yapum, Kampung Genyem Yeku-Nimboran.
Dari Bukit ini, kemudian dibangun 10 jemaat dan sekolah rakyat di seluruh wilayah Grime Nawa sejak Tahun 1925-1937.
Selanjutnya dibangun 1 sekolah peradaban bagi seluruh anak-anak dari Tanah Tabi, yaitu anak-anak dari Sarmi hingga Hollandia atau kota Jayapura saat ini.
Dalam perkembangannya, Gereja kemudian mendirikan Sekolah Gadis pertama di tanah Tabi pada Tahun 1952 dan menghadirkan mekanisasi pertanian pertama di Tanah Papua.
Selepas Integrasi pada Tahun 1970, generasi terpelajar asal lembah Grime Nawa kemudian menjadi generasi emas yang menduduki jabatan dalam stuktur organisasi Gereja Kristen Injili (GKI), pemerintahan sebagai Birokrat dan legislator Propinsi Irian Jaya pada waktu itu.
Semua sejarah panjang kesuksesan bermula dari kedatangan 3 utusan zending pada 100 tahun lalu.
Dan di momen 100 tahun, sebuah ibadah raya digelar di Lapangan Mandala Genyem, Distrik Nimboran, Kabupaten Jayapura, dan serangkaian acara yang mengiringinya.[yat]