Ini Kata Kapolda Papua Tentang Bagaimana Densus Bisa Tangkap Terduga Jaringan Teroris di Sentani

576
Kapolda Papua, Irjen Pol Drs. Paulus Waterpauw

JAYAPURA, PapuaSatu.com – Untuk menangkap seseorang yang diduga terlibat dalam jaringan teroris, kata Kapolda Papua, Irjen Pol Drs. Paulus Waterpauw, membutuhkan proses panjang hingga didapat bukti kuat.

“Ini kerja Tim Densus ya, jadi dia ikuti betul setiap pergerakan mereka, jadi siapapun yang masuk, dari mana dia, mereka (Tim Densus) sudah tahu,” ungkap Kapolda saat ditemui wartawan usai memimpin apel gelar pasukan Kontijensi Aman Nusa II 2019 menghadapi bencana Tahun 2020, di Lapangan Brimobda Papua, Selasa (17/12/19).

Setelah melalui proses pembuntutan, (diikuti) lebih dulu, ditungguin, diselidiki, diawasi, dan lain sebagainya, sampai betul-betul seseorang yang diduga masuk kelompok teroris bereaksi yang memiliki bukti, baru dilakukan penangkapan.

“Tapi prinsipnya tidak semua orang harus ditangkap kalau tidak ada bukti,” ujar Kapolda.
Dari proses panjang tersebutlah yang hasilnya berupa penangkapan tujuh orang terduga kelompok teroris di Sentani oleh Tim Densus 88 Anti Teror.

Tentang proses hukumnya, kata Kapolda, ketujuh terduga kelompok teroris telah dikirim ke Jakarta.
Disinggung bukti bahwa pelaku adalah kelompok teroris, seperti bom, dan lain-lainnya, kapolda mengungkapkan bahwa mereka adalah bagian dari kelompok teroris yang lari dari daerah Lampung dan Medan, dan keberadaannya di Papua baru sebatas latihan-latihan.

“Itu mereka baru berlatih-berlatih di sini,” ungkap Kapolda.

Sebagian juga ada yang mendompleng, menggabungkan diri dengan kelompok Jafar Umar Thalib.

Terkait keberadaan kelompok teroris di Papua yang berhasil diungkap, pihak kepolisian memperketat penjagaan, apalagi menjelang perayaan Natal dan Tahin Batu di Papua.

Kapolda pun mengimbau kepada masyarakat Papua untuk turut mewaspadai bila ada orang yang batu datang dan menunjukkan gerak-gerik mencurigakan.

“Jadi kalau ada yang baru datang, tinggal di tempat kos, di rumah sewa, dan jarang berkomunikasi dengan masyarakat sekitat, keluar subuh dan pulang tengah malam, menutup diri, keluar pakai helem, itu bagian dari ciri-ciri yang oleh Densus ungkap, dan itu yang diwaspadai,” papar Kapolda Waterpauw.[yat]