Jalan Jauh Hingga “Leften” Jadi Cerita Irjen Fakhiri Saat SMA

368
Kapolda Papua Irjen Pol Mathius D. Fakhiri (kedua dari kanan) semasa sekolah di SMAN 2 Kota Jayapura.
Kapolda Papua Irjen Pol Mathius D. Fakhiri (kedua dari kanan) semasa sekolah di SMAN 2 Kota Jayapura.

JAYAPURA, PapuaSatu.com –  Inspektur Jenderal Polisi Mathius D. Fakhiri,SIK lahir di Ransiki, Ibukota Manokwari Selatan dari pasangan Nathalis Yame Fakhiri, seorang Letkol Purnawirawan yang berasal dari Bade, bersuku Awyu.

Sedangkan Martha Kabuare, merupakan seorang anggota suku Inanwatan dan perawat yang juga memiliki ayah anggota kepolisian.

Sejak kecil Mathius Fakhiri yang merupakan anak ketiga dari sepuluh bersaudara, sudah ditempa dengan situasi yang membutuhkan tenaga ekstra.

Pada usia belum dua tahun, Mathius Fakhiri sempat mengalami batuk dan kejang hingga mati suri yang mengakibatkan kesulitan bicara. Lutter, adik Mathius Fakhiri sering membantu sehingga kondisinya perlahan kembali normal.

Bahkan Peristiwa OPM pada tahun 1967-1968 menyebabkan keluarga mengungsi ke rumah kakek di Manokwari. Setelah itu keluarganya sering berpindah mengikuti lokasi tugas ayahnya yang merupakan Dandis di Ransiki, Boven Digoel pada tahun 1970-an dan Kepi.

Di Kepi, Mathius Fakhiri mulai menjalani pendidikan dasar hingga SD YPK Merauke pada tahun 1981. Kemudian berpindah lagi ke Jayapura dimana ia melanjutkan pendidikan di SMP YPPK Teruna Mulia di Argapura.

Selang enam bulan, ayahnya dimutasikan ke Wamena sehingga Mathius melanjutkan pendidikan di SMP YPPK St. Thomas Wamena. Setelah lulus Mathius melanjutkan sekolahnya di SMAN 2 Jayapura.

“Selama saya sekolah selalu berjalan kaki dari rumah ke sekolah. Seperti saya SD di Merauke harus berjalan dari Pelayaran Baru menuju Ermasu, begitu juga saat SMP harus berjalan dari Bhayangkara menuju Argapura,” cerita Mathius D. Fakhiri di Kota Jayapura, Jumat (3/5/2024).

Sama halnya saat melanjutkan SMP di Wamena, harus berjalanan dari Polres ke sekolah Santo Thomas.

“Saat SMA di Jayapura, saya masih harus berjalan kaki dari Bhayangkara menuju Dok 9 agar bisa sampai disekolah,” lanjutnya.

Melihat proses yang ia lalui, Fakhiri mengaku tidak mempersoalkan apa yang menjadi kekurangan keluarga, tetapi justru sangat bersyukur.

Sebab, dengan berjalan kaki dirinya bisa menjadi lebih kuat dan termotivasi untuk bagaimana mempersiapkan diri sebaik mungkin sejak dini dalam upaya meraih masa depan.

“Selain berjalan kaki, kalau di Jayapura itu kan terkenal dengan leften (menumpang) kendaraan blakos (belakang kosong). Ini jelas membuat dan mengasah mental kita menjadi lebih baik dan kuat. Kalau saya karena tinggal di Bhayangkara, tempat yang menjadi populer itu di Lumba-Lumba, apalagi di situ ada penjual pisang goreng yang enak,” ujarnya.

Bakat Perlu di Asah, Tidak Boleh Diabaikan

Saat menempuh pendidikan umum di SMAN 2 Jayapura. Mathius Fakhiri yang pendiam ternyata memiliki prestasi dalam dunia olahraga.

Semasa sekolah, kegiatan ekstrakurikuler yang ditekuninya adalah atletik cabang lari, yang mana ia cukup sukses memenangkan kejuaraan tingkat sekolah sampai nasional. Mathius Fakhiri bersama kontingen Papua berhasil membawa Piala Presiden pertama ke Papua.

“Saya waktu sekolah tidak nakal. Seusai sekolah saya sering habiskan waktu di lapangan mandala untuk mengasah bakat olahraga saya bersama pak Hamsah teman saya. Jadi bakat itu harus di asah, jangan ditinggalkan atau diabaikan,” kata Fakhiri.

Menurut ia, setiap orang mempunyai bakat tertentu, tapi tidak semuanya mau menajamkannya. “Tentu sangat disayangkan bila adanya bakat yang dimiliki tidak dikembanhkan, padahal bakat juga penting untuk diasah karena bisa menjadi bekal menghadapi kehidupan nyata, bisa jadi alternatif pekerjaan, munculkan optimisme dan produktifitas serta membiasakan diri terbiasa dalam ketekunan,” sambungnya.

Menanggapi itu, Irjen Mathius Fakhiri mengajak setiap generasi muda untuk terus mengasah dan meningkatkan bakat lewat kegiatan-kegiatan positif dalam rangka mempersiapkan diri jauh lebih baik.

“Meskipun lewat berkompetisi, kita tetap harus bangun hubugan baik dengan sesama generasi muda (pertemanan), dengan harapan ketika dipertemukan kembali apa yang dulu pernah dilakukan bersama akan menjadi cerita indah yang tidak pernah dilupakan,” ujarnya.

“Pertemanan itu satu kekuatan bagi bangsa dan negara dalam mengisi ruang-ruang pekerjaan untuk membangun. Jadi teman itu jangan ditinggal, sebab sesungguhnya teman dan saudara itu yang bisa saling melihat ketika kita susah. Itulah yang namanya teman senjati,” sambungnya.

Bagi Mathius Fakhiri bertugas di Papua bukanlah hal yang baru, sebab sebelumnya ia pernah menjabat sebagai Wakapolda Papua.

Berpengalaman di Brimob, bahkan Fakhiri beberapa kali diterjunkan dalam operasi di Papua seperti Opetasi Nemangkawi, Operasi Damai Cartenz dan Operasi Seroja.

Fakhiri sendiri merupakan jenderal bintang dua lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) tahun 1990 yang berpengalaman di bidang Brimob. Selain itu, ia juga beberapa kali menempuh pendidikan militer seperti STIK/PTIK (2001), Sespim Polri (2005) dan Sesko TNI (2018).

Selama mengabdi di institusi Polri, Mathius pernah menjabat sebagai Danton 3/2/B Sat Brimob Polda Kalsel, Wadanki 1/B Sat Brimob Polda Kalsel, kemudian Danki 1/A Sat Brimob Polda Kalsel, Pasiops Detasemen A Pelopor Sat Brimobda Kalsel, termasuk Pama Korbrimob Polri, Danki Resimen I Pelopor Korbrimob Polri, Kasi Ops Sat Brimob Polda Papua.

Dia juga pernah menjabat sebagai Wakasat Brimob Polda Papua, Kasat Brimob Polda Papua (2014), Analis Kebijakan Madya Bidang Brigade Mobil Korbrimob Polri (2018), Wakapolda Papua Barat (2020), Wakapolda Papua (2020), dan Kapolda Papua (2021-sekarang).[yat]