Kapolda Fakhiri Sangat Peduli Terhadap Generasi Muda Papua Yang Ingin Jadi Polisi

236

JAYAPURA, PapuaSatu.com – Kapolda Papua, Irjen Pol. Mathius D. Fakhiri,SIK merupakan sosok yang sangat peduli pada kemajuan Papua, terutama dari sisi Sumber Daya Manusianya (SDM).

Seperti diceritakan Ajudan pribadi Irjen Fakhiri, Briptu I Ketut Agus Julio yang mengaku pertama kali mengenal sosok Kapolda sejak September 2019, saat masih menjabat sebagai Wakil Kepala Kepolisian Daerah Papua (Wakapolda).

“Sejak 2019 sampai dengan sekarang, saya intens setiap hari bersama dengan bapak, bahkan saat wabah Covid-19 kami tetap bersama beliau,” kata pria yang akrab disapa Julio.

Di mata Julio, Irjen Fakhiri adalah sosok yang humanis, suka bergaul dengan siapa saja, tidak neko-neko dalam melakukan keseharian baik soal makan, berbelanja, dan bertemu masyarakat.

“Beliau orang yang sederhana sekali, contohnya saja soal makan. Beliau tidak pernah pilih-pilih soal makanan, pokoknya apa yang di siapkan itu yang beliau makan. Bahkan saat berada di rumah, beliau tidak pernah meminta yang macam-macam. Artinya, apa yang disiapkan orang rumah itu sudah yang beliau makan. Begitu juga saat berbelanja di pasar mama-mama Papua, beliau tidak pernah tawar menawar atau merepotkan kita, pokoknya beliau bilang ambil saja jualan mama-mama,” ujarnya.

Selama 4 tahun mendampingi Mathius Fakhiri, Julio melihat Kapolda adalah pemimpin yang sangat bersahabat dan tegas kepada semua anggota.

“Ya, kalau bentak atau marah menurut saya itu manusiawi saja, mungkin karena tuntutan tugas dan itu hanya kalau saya atau teman-teman lakukan kesalahan yang fatal, itu pun beliau palingan hanya bentak dengan suara besar saja, tidak pernah main fisik. Selama 4 tahun lebih kami mendampingi, belum pernah saya lihat atau alami beliau sampai marah sekali, paling hanya bentak saja,” ujarnya.

Kapolda Fakhiri Tidak Pernah Bedakan Pangkat dan Jabatan

Selama berdinas di Polri, Mathius Fakhiri dinilai tidak pernah memandang pangkat maupun jabatan. Julio menyampaikan, Kapolda selalu memandang semua bawahannya sama, sehingga semua anggota diperlakukan sama

“Contohnya kalau ada yang mau menghadap (bertemu), beliau tidak pernah pilih yang pangkat tinggi duluan dan yang pangkat rendah dari belakang. Tidak, semua perlakukan sama. Beliau tidak pernah pilih-pilih, kalau keperluannya mendesak dan bapak bisa bantu bapak pasti bantu, dan itu yang saya salut dari beliau,” katanya.

Saat ditanya soal keberpihakan Kapolda Fakhiri terhadap generasi muda Papua yang ingin masuk polisi.

Bribtu Julio mengatakan beliau memberikan peluang yang seluas-luasnya bagi anak-anak muda yang ingin mendaftar sebagai polisi.

“Saya kira itu adalah salah satu kebijakan beliau dan itu sangat baik menurut saya, sebab masih ada pimpinan di kepolisian Polda Papua yang memberikan kesempatan kepada anak-anak di Papua khususnya yang memiliki keterbatasan secara ekonomi, pasti beliau bantu,” ujarnya.

Selama ini, kata Julio jika ada calon siswa (Casis) polisi dari luar daerah yang ingin berangkat ke Polda untuk tes lanjutan namun terkendala biaya, Kapolda langsung perintahkan Kapolres untuk membantu agar Casis itu bisa mengikuti tes lanjutan.

“Misalnya kemaren itu ada satu Casis dari Kabupaten Biak Numfor yang bersurat ke bapak, yang menyatakan kalau dia tidak punya biaya untuk berangkat ke Jayapura dan bapak langsung telepon Kapolres Biak untuk bantu,”.

“Sama satu lagi kemaren sempat viral di tiktok yang dari Yalimo, itu sama bapak langsung telepon Kapolres agar di bantu berangkat ke Jayawijaya dan Jayapura untuk melanjutkan tes lanjutan,” ujarnya.

Sebelum mengakhiri cerita, Julio menyampaikan keseharian Kapolda Fakhiri paling simpel, yang mana kegiatan beliau setelah bangun pagi biasanya jalan pagi, olah raga kecil, lalu sarapan dan menghabiskan waktunya bersama keluarga. Kemudian melihat hewan peliharaan di rumah Bhayangkara. Selain itu beliau juga biasanya jika tidak ada jadwal kedinasan memilih untuk memancing.

“Yang paling berkesan bagi saya itu, kalau kita makan, beliau tidak pernah memisahkan kita dengan pejabat lain, kita diminta untuk duduk di meja yang sama. Karena itulah kami merasa sangat di hargai, sampai kita yang kadang jadi malu,” kata Julio.[yat]