Masyarakat Kampung Babrongko Sambut Antusias Menhan Diangkat Sebagai Anak Adat Kampung Babrongko

933

JAYAPURA, PapuaSatu.com – Diwarnai dengan tepuk tangan yang meriah oleh  masyarakat kampung Babrongko, sebagai tanda penyambutan atas kedatangan Menhan R.I Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu, yang saat itu resmi diangkat sebagai anak adat Kampung Babrongko – Umandrouw sekaligus sebagai Bapak Bela Negara Indonesia, Rabu (18/9/2019).

Kedatangan Menhan RI ini ditandai dengan pengalungan kalung dan topi kepala burung cenderawasih oleh Yo Ondofolo Kampung Babrongko – Umandrow,

Ramsel Wally, SH dan Ondofolo Babrongko – Umandrow, Duntho Wally kepada Menhan, penobatan tersebut dilaksanakan secara sederhana namun meriah.

Yo Ondofolo Kampung Babrongko – Umandrow, Ramses Wally, SH menyampaikan bahwa penobatan yang diberikan ini adalah hak dari kampung Babrongko sehingga tidak boleh ada intervensi ataupun hinaan dari kampung manapun.

“Kini Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu adalah anak adat Kampung Babrongko, secara pribadi menjadi bagian dari anak adat Babrongko,” ucapnya usai penobatan.

Selain itu, melihat permasalahan-permasalahan yang kerap kali muncul di Papua, Ramses mengatakan  bahwa kuncinya adalah peningkatan kesehatan, ekonomi dan kesejahteraan rakyat serta nilai-nilai kebangsaan juga patut diperbarui bagi setiap anak bangsa.

Pada kesempatan ini, Menhan R.I Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu mengungkapkan, penobatannya sebagai anak adat di Kampung Babrongko merupakan suatu kehormatan bagi dirinya. “Ini kehormatan bagi saya, ternyata orang Papua itu baik, santun dan cerdas, saya bangga dengan pengangkatan ini,” katanya.

Menurutnya, melalui acara bela negara yang sedang terjadi saat ini, merupakan suatu bukti yang menunjukkan Papua sebagai bagian sah dari NKRI. “Papua tidak boleh berpisah, kalau ada yang ingin pisah itu hanya menghayal, tugas kita bersama sebagai kader bela negara adalah menjaga keutuhan NKRI,” cetus dia.

Menhan menambahkan, untuk masalah yang ada di Papua harus pakai hati dan kesabaran. Ia lalu memberi contoh pada waktu ia menghadapi konflik di Kamboja.

“Kalau kami Indonesia tidak bebaskan sandera (dengan pendekatan hati) ya mati sanderanya. Saya yakin semua masalah bisa diselesaikan, setiap ada kesulitan pasti ada kemudahan, begitu juga di Papua,” tukasnya. [ayu]