MRP Pokja Agama Sayangkan Ceramah UAS yang Hina Patung Salib

428
Ketua Pokja Agama MRP, Yoel Luiz Mulait,SH
Ketua Pokja Agama MRP, Yoel Luiz Mulait,SH

JAYAPURA, PapuaSatu.com -Ceramah   Ustaz  Abdul  Somad (UAS) bernada penistaan  Salib Yesus Kristus,  simbol agama Kristen dan Katolik yang belakangan ini viral di media social, tak luput dari perhatian Majelis Rakyat Papua (MRP) Pokja Agama.

Ketua Pokja Agama MRP, Yoel Luiz Mulait,SH  mengatakan pihaknya sangat menyayangkan ceramah yang  isinya mengandung unsur sara tersebut, yaitu penistaan  terhadap Salib Yesus Kristus, simbol yang sangat sakral bagi umat Kristen  di Indonesia dan seluruh dunia.

”Jadi secara kelembagaan MRP Pokja Agama  sangat tidak setuju dengan ceramah yang isinya melecehkan agama Nasrani tersebut, apapun alasannya, termasuk alasan internal  sebab secara tidak langsung dapat bersentuhan dengan eksternal karena ini bagian dari pembentukan karakter bangsa,”katanya.

Dikatakan, mestinya  seorang figure tokoh agama ikut  menjaga persatuan dan kesatuan bangsa melalui ceramah-ceramahnya yang menyejukkan,  bukan yang menimbulkan kebencian dan permusuhan antar sesama anak bangsa.

“Seharusnya  dia bicara dalam konteks yang  berlandaskan pancasilaisme, bukan pengkotak-kotakan,”katanya kepada papuaSatu.com, kemarin. (22/8).

Menurutnya,  agar  kasus-kasus pelecehan symbol agama seperti ini tidak terulang  kembali,  maka negara harus hadir dan tegas melindungi dan menegakkan keadilan,  kalau ada  unsur pidanya yangbersangkutan  harus diproses sesuai hukum yang berlaku demi keadilan bagi bangsa dan  tidak ada diskriminasi.

Apalagi sudah ada elemen-lemen yang melaporkan kasus ini ke pihak kepolisian, itu harus ditindaklanjuti secara hukum.

“Kita perlu  belajar dengan kasus Ahok, saat kasus itu mencuat dunia ini seakan-akan kiamat, maka negara juga hadir, sekarang giliran  simbol agama orang Kristen dihina masak  Negara diam saja,”katanya.

Menanggapi keinginan Ketua PGI agar  kasus penistaan Salib ini tidak perlu ke ranah hukum  cukup jalur  dialog dengan Ustad Abdul Somad, dikatakan  demi mencegah  kasus sesupa tidak terulang dan sebagai pembelajaran  kepada yang lain,maka  dua-duanya harus jalan.

Proses hukum jalan dan dialog juga bisa dilakukan. Hal ini dimaksudkan agar setiap figur tokoh agama yang menyempaikan ceramahnya  tidak perlu memasuki rana agama orang lain yang  belum tentu dipahami secara benar, tetapi mala memberikan penjelasan  yang menista  agama orang lain. [sony]