JAYAPURA, PapuaSatu.com – Untuk meringankan beban dan rasa duka para pengungsi bencana banjir bandang di Sentani, berbagai komponen bangsa berbondong-bondong mengulurkan bantuan dengan segala bentuk maupun cara.
Tak terkecuali aparat kepolisian dan TNI yang bahkan pada Sabtu (24/3/2019) langsung dihadiri Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, S.IP dan Kapolri Jenderal Polisi Prof. Drs. H. Muhammad Tito Karnavian, MA. PH.D yang mengkhususkan kedatangannya ke Papua untuk mengetahui kondisi para korban dan menyalurkan bantuan.
Namun demikian, ada pihak yang tidak menyukai niat mulia membantu para korban, dengan menyebarkan rekaman yang berisi fitnah ujaran kebencian terhadap apparat.
Rekaman yang menyebar via media social whatsapp tersebut, sempat diperdengarkan oleh Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol. Drs. Ahmad Mustofa Kamal,SH kepada awak media di Media Centre RS Bhayangkara, yang merupakan wawancara oleh seseorang yang belum diketahui identitasnya terhadap seorang ibu yang juga belum diketahui identitasnya.
Sang ibu dalam rekaman berdurasi 4 menit tersbeut menceritakan tentang aktifitas apparat kepolisian di pengungsian yang membantu bahan makanan dan sebagian mengajak anak-anak bermain.
Dan sang ibu di salah satu poin ceritanya mengungkapkan adanya upaya Polisi membawa anak ke mobil, sehingga si anak menangis. Dan sang ibu menyatakan bahwa anak itu akan dibawa pulang (diculik) oleh seorang Polwan.
Terkait rekaman tersebut, Kabid Humas menduka sebagai sebuah rekayasa daripihak yang tidak suka terhadap apparat, baik TNI maupun Polri.
“Jadi kami himbau masyarakat, siapa saja yang menerima melalui WA (whatsapp) berupa audio dengan pernyataan-pernyataan yang tadi saya perdengarkan, jangan terus disebarkan. jangan sampai nanti anda jadi tersangka,” ungkapnya kepada awak media, Rabu (26/3/2019).
Dikatakan, saat ini pihaknya melalui Ditreskrimsus Polda Papua sengan melakukan penyelidikan guna mengungkap pembuat rekaman dan ibu yang diwawancarainya, serta upaya penyebaran rekaman melalui Medsos.
“Kepada yang bersangkutan bisa dikenakan undang-undang penyebaran ujian kebencian, dan yang mengapload bisa dikenakan UU ITE,” tandasnya
Yan mana, akibat disebarkannya rekaman tersebut, telah memunculkan kebencian sejumlah kelompok masyarakat di pengungsian terhadap apparat TNI dan Polri.
Padahal, kata Kabid Humas, sejah peristiwa terjadi pada Hari Sabtu (16/3/2019) malam, ia bersama Kapolda langsung melakukan peninjauan ke lapangan dan membantu proses evakuasi korban.
“Hari H (Sabtu) malam itu Bapak Kapolda sudah ada di TKP, ke Perumahan Bintang Timur, di sebelahnya, terus kemudian Jam 02.30 WIT kita melewati jalan depan Batalyon 751 sampai Polres, kita lalui dengan kondisi air masih deras dan berbagai material masih hanyut kita sudah di sana,” tuturnya.
Proses evauasi dan pertolongan pertama langsung dilakukan dengan mengerahkan tim kesehatan, Brimob maupun pesonil dari Polda Papua dan Polres Keerom.
Tanpa Polres Jayapura Kota, karena situasi di Kota Jayapura juga terdapat banjir maupun longsor yang juga memakan korban jiwa.
“Kehadiran kami ke Sentani itu dengan penuh keikhlasan tanpa paksaan, meskipun itu juga sudah menjadi tanggungjawab kami anggota Polri. Tapi bagaimana ini nilai kemanusiaan yang kami kembangkan atau munculkan kepada seluruh keluarga besar Polri untuk peduli ketika ada saudara-saudara kita yang kena musibah,” turur Kabid Humas.
Diakui memang pihaknya di lokasi pengungsian melakukan trauma hilling. “Memang kita di sana membagina snack-snack untuk anak-anak. Dan tetu anak-anak itu akan senang ketika dia dengan makanan-makan snack atau mainan.
Kata Kabid Humas, memang ada anak-anak yang menangis, tapi bukan terus untuk niat mau dibawa pulang.
“Mereka ini dalam keadaan susah, dalam keadaan sedih. Kita datang dalam rangka membantu meringankan beban mereka ,” jelasnya.[yat]