Sagu Adalah Mama Kita, Jangan Sampai Punah

187

SENTANI, PapuaSatu.com – Sagu di Papua semakin populer dengan aneka produk olahannya.

Dan di Festival Danau Sentani (FDS) Ke-XIII Tahun 2023, sagu menjadi tema sentral, yakni Sago Is My Life (Sayu adalah kehidupanku).

Sebelumnya, Poles Jayapura juga mempopulerkan dengan menggelar festival colo sagu.

Tentang Sago is may life (sagu adalah kehidupanku) yang menjadi tema FDS Ke-XIII – 2023, kata Dr. Benhur Tomi Mano,MM yang merupakan staf ahli bidang rehabilitasi sosial, sangat menarik.

Dikatakan, bahwa sagu adalah mama atau ibu kandung kita.
“Sagu ini sudah menjadi produk-produk lokal unggulan, seperti makan papeda, diolah menjadi kue,” ungkapnya

Dan kalau sudah banyak bermunculan industri kue berbahan dasar sagu, maka harus dijaga agar sagu tidak punah.

“Tidak boleh hilang sagu di tanah Tabi ini,” tandasnya.

Ditegaskan, bahwa kita perlu melestarikan dan menjaga agar hutan sagu tudak habis ditebang untuk keperluan konsumsi sehari-hari maupun industri.

“Maka, itu butuh komitmen bersama. Dimana masyarakat adat menjaga dusunnya dengan baik,” ujarnya.

Diakuinya, kadangkala masyarakat adat menyatakan bahwa mereka butuh makan, minum, biaya anak sekolah, dan lain, sehingga mereka terpaksa menjual dusun sagunya.

Karena itu, BTM meminta kepada masyarakat adat tidak hanya menebang pohon sagu, tapi juga menanam, agar hutan sagubtidak hilang.

“Dan pemerintah punya tugas membuat regulasi-regulasi untuk mengatur supaya jangan menebang pohon sagu sembarangan,” jelasnya.

Dan kalau terpaksa harus ditebang untuk pembangunan, maka harus ada komitmen untuk menanam di tempat lain.[yat]