Secara Bertahap Sekolah Dibuka, PGRI : Sarana dan Prasarana Jadi Keluhan Guru

360
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Jayapura, Ted Y. Mokay

SENTANI, PapuaSatu.com – Setelah memasuki masa new normal di masa pandemi Covid-19, pemerintah secara bertahap membuka sistem pembelajaran tatap muka di sekolah.

Sebagaimana diungkapkan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Jayapura, Ted Y. Mokay, khusus daerah zona hijau telah dibuka awal Bulan Agustus untuk tingkat SMP dan SMA/SMK.

“Kita ikuti edaran dari Mendikbud, itu kan mulai Awal Agustus kemarin sekolah-sekolah di zona hijau sudah boleh mulai buka. September untuk SD dan TK di Bulan Nopember,” ungkapnya saat ditemui papuasatu.com di Hotel Horex Sentani, Rabu (26/8/20) malam.

Untuk itu, pihaknya sudah membuat surat edaran yang disetujui bupati dan telah diedarkan ke sekolah-sekolah di Kabupaten Jayapura.

“Kita sudah distribusikan. Sebelum itu kita panggil dulu kepala-kepala sekolahnya untuk diberikan arahan,” uangkapnya.

Dikatakan, bahwa para kepala sekolah juga meminta agar dana BOS bisa untuk menyiapkan APD dan alat-alat lain dalam menyiapkan protokol kesehatan di sekolah.

Diakui, dalam beberapa hari terakhir pihaknya berkeliling ke sekolah-sekolah untuk melihat kesiapan masing-masing sekolah dalam menerapkan protokol kesehatan.

“Cuma, anak-anak ini ketika keluar dari lingkungan sekolah masker dilepas, dan bergaul dengan teman sekolahnya tanpa jaga jarak,” ujarnya.

Dikatakan juga, kepada sekolah-sekolah untuk membatasi waktu tatap muka, tidak boleh ada kantin, saat jam pulang sekolah diharapkan orang tua sendiri yang menjemput.

“Jadi selama di sekolah, anak-anak tidak diijinkan keluar kelas, keculai untuk ke toilet,” jelasnya.

Dan bila siswa ada membutuhkan makan dan minum diminta untuk membawa dari rumah, dan dimakan di dalam kelas pada jam istirahat.

“Jadi diupayakan tidak ada kesempatan anak bermain di sekolah,” jelasnya lebih lanjut.

Bila ada orang tua yang tidak mengijinkan anaknya ke sekolah, juga tidak boleh dipaksa.

Sehingga, untuk memenuhi hak belajar anak, guru dan orang tua bersangkutan membuat janji untuk waktu pemberian mata pelajaran atau diberikan tugas, dan lain-lain.

Sehingga siswa yang datang ke sekolah dengan yang tidak datang, bisa mendapat hak yang sama.

“Itu semua sudah kita arahkan.melalii kepala-kepala sekolah,” ujarnya.

Pembelajaran tatap muka juga dilakukan bagi sebagian siswa di kota, karena keterbatasan siswa terkait fasilitas berupa laptop ataupun handphone android.

Sehingga, siswa bersangkutan harus datang ke sekolah untuk menerima mata pelajaran dari guru.

Kalau yang datang ke sekolah jumlah anaknya banyak, maka diatur jam dan hari kedatangannya agar tidak serentak.

Demikian juga di zona hijau, kedatangan anak ke sekolah juga dibuat sistem bergilir.

“Karena tempat yang terbatas dan harus jaga jarak. Yang tadinya satu kelompok belajar, harus dibuat jadi dua kelompok belajar,” jelasnya.

Untuk memberikan bimbingan dalam proses belajar Daring, Dinas Pendidikan Kabupaten Jayapura bersama Word Vision International (WVI) membagikan modul atau panduan tentang bagaimana orang tua menjadi guru di rumah, dan modul bagaimana belajar yang menyenangkan.

“Jumlah modul terbatas, karena itu kami rapat dengan Dinas Pemberdayaan Masyarakat Kampung (DPMK), kalau punya uang, bisa bantu cetak sebanyak jumlah siswa di kampung,” ujarnya.

Ketua PGRI Kabupaten Jayapura, Jimmy Fitowin

Sementara itu, Ketua PGRI Kabupaten Jayapura, Jimmy Fitowin mengungkapkan, bahwa dalam.menjalankan tugas sebagai pendidik, guru harus mengikuti apa yang menjadi keputusan pemerintah, dengan menerapkan sistem pembelajaran seuai zona yang ada.

“Yang zona hijau boleh melakukan tatap muka, tapi dengan menerapkan protocol kesehatan di lingkungan sekolah,” ungkapnya.

Protokol kesehatan tersebut, yakni dengan memakai masker, jaga jarak, dan cuci tangan pakai sabun.

Hari dan jam pembelajaran juga diatur sesuai kesepakatan dari sekolah.

“Kita sudah sampaikan kepada teman-teman guru, tidak berarti new normal, terus boleh menggunakan metode yang lama,” ungkapnya.

Dikatakan, dunia pendidilan juga berterima kasih dengan adanya pandemi Covid-19, meski sebagai kusibah, tapi juga membuat para tenaga pendidik lebih terpacu untuk mempu menguasai teknologi informasi, yang mau tidak mau harus diikuti di era digitalisasi pada berbagai kehidupan manusia yang juga dikenal dengan era 4.0.
Hal itu meski para guru dibawah naungan PGRI Kabupaten Jayapura, dihadapkan pada keterbatasan sarana dan prasarana penunjang.

Dikatakan, bahwa saat ini guru-guru di Kabupaten Jayapura sudah hebat-hebat dalam hal teknologi informasi, dalam mendukung tugasnya sebagai pengajar.

Saat ini, akses internet telah ada di semua distrik di Kabupaten Jayapura.

“Meskipun dia berada di pelosok yang jauh dari perkotaan, dia tetap bisa menggunakan media internet. Dan itu sudah kita buktikan, termasuk distrik Airu sebagai distrik terjauh di pedalaman,” ungkapnya lagi.

Pihak PGRI Kabupaten Jayapura pun akan terus mendukung upaya agar Kabupaten Jayapura bisa menjadi pusat pendidikan berbasis IT.[yat]