
SENTANI, PapuaSatu.com – Beredarnya video melalui berbagai media, yakni statemen tegas Walikota Jayapura, Abisai Rolo tentang aksi demo dan pemalangan, membuat berbagai kalangan masyarakat asal Pegunungan Papua tersinggung.
Dalam video yang berdurasi 40 detik yang merupakan cuplikan video saat Walikota Jayapura memaparkan capaian 100 hari kerjanya, menyatakan bahwa kepada tokoh masyarakat adat di 10 kampung yang ada di Kotamadya Jayapura telah sepakat untuk tidak ada lagi aksi demo dan pemalangan yang.
“Tidak ada demo, tidak ada palang di kota (Jayapura) ini. Karena yang biasa palang dan demo saya pikir bukan orang Port Numbay bukan orang pantai, tapi orang-orang gunung,” demikian petikan pernyataan dalam video tersebut.
Sebagai tokoh masyarakat asal Pegunungan Tengah Papua yang ada di Provinsi Papua, Yunus Wonda merespon dengan mengimbau kepada semua pihak, terutama masyarakat asal Pegunungan Tengah Papua yang ada di Provinsi Papua yang terdiri satu kotamadya dan delapan kabupaten untuk tidak berlebihan dalam merespon pernyataan Walikota Jayapura tersebut.
“Saya hari ini bicara kapasitas bukan sebagai bupati ya, tapi saya bicara kapasitas sebagai tokoh orang pegunungan di Provinsi Papua,” ungkap Dr. Yunus Wonda,SH,MH kepada wartawan di Sentani, Rabu (18/6/25).
Dikatakan, bahwa semua orang gunung yang ada di provinsi Papua agar tetap menjaga dan menciptakan situasi dan kondisi yang aman dan kondusif.
“Mari kita jaga semua kondisi, kondisi yang aman untuk semua suku, agama, ras yang ada di provisi induk (Papaua) ini,” ujarnya.
Berikutnya, kepada semua anak-anak maupun masyarakat umumnya untuk tidak merespon secara berlebihan terhadap statement disampaikan oleh satu kepala daerah.
“Pertama saya mau sampaikan bahwa kita tidak harus merespon berlebihan,” harapnya.
Dalam kesempatan tersebut, Yunus Wonda juga menyampaikan agar sebagai pemimpin yang ada di provinsi Induk ini untuk tidak mengotak-kotakan karena perbedaan suku, agama, dan ras.
“Kita sebagai pemimpin tidak boleh mengkotak-kotakan itu. Karena jangan di saat politik saja kita membutuhkan suara-suara dari suku A, suku B, tapi saya telah kita sudah menjawat, terus kita melupakan itu, ini kan tidak boleh,” tegasnya.
Ditegaskan juga, bahwa masyarakat pegunungan yang hadir di Provisi Papua juga punya kontribusi.
“Kami juga ikut membangun kabupaten, baik kota, kabupaten, kerom, kabupaten Jayapura, kabupaten di mana saja kami ada,” jelasnya.
Sebagai tokoh masyarakat pegunungan, Yunus Wonda menegaskan juga bahwa kepada semua masyarakat Pepua secara umum, dan terutama masyarakat dari pegunungan, agar tetap bersatu, dan tidak boleh terpecah-pecah karena suku, agama, ras dan lain-lainnya.
“Mari semua suku kita adalah satu di dalam satu bingkai negara kesatuan Republik Indonesia. Tidak ada perbedaan,” tegasnya lagi.
Hal itu sesuai dengan motto “kasih mempersatukan perbedaan”” yang terus digaungkan Yunus Wonda yang baru tiga bulan memimpin Kabupaten Jayapura sebagai Bupati Jayapura bersama wakilnya, Haris R. Yockhu.
Sehingga, Yunus Wonda terus menekankan kepada seluruh komponen di Kabupaten Jayapura agar tidak ada perbedaan suku, agama, ras dan golongan dalam upaya membangun Kabupaten Jayapura.
”Jadi untuk itu sekali lagi sebagai tokoh orang pegunungan, saya mengimbau kepada masyarakat saya, masyarakat pegunungan di Kabupaten Jayapura, di Kota Jayapura, di Keerom dan yang ada di kabupaten lain, mari tetap menjaga komitmen kita untuk membangunkan provinsi yang ada ini,” lanjutnya.[yat]