Silaturahmi ke Ketua LMA dan Para Ondoafi se-Port Numbay, MARI-YO Dapat Restu dan Doa

167

JAYAPURA, PapuaSatu.com Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Papua nomor urut 2, Matius Fakhiri – Aryoko Rumaropen atau MARI-YO, mendatangi kediaman Ketua Lembaga Masyarakat Adat (LMA) Port Numbai, George Awi di Tanah Hitam, Kota Jayapura, Sabtu (9/11/2024).

Kedatangan MARI-YO disambut hangat oleh Ketua LMA dan para Ondoafi se-Port Numbay, terlihat mereka saling bersalaman dan berpelukan melepas rindu, mengenang masa lalu yang indah.

“Sebenarnya saya punya hubungan emosional dengan bapak Fakhiri, saya dulu di usia muda di pedalaman bersama beliau punya orang tua. Saya 5 tahun, dari 1970 sampai 1975 di Kepi. Beliau punya mama orang paling tegas, paling disiplin,” kata George Awi.

Menurut Awi, Matius Fakhiri adalah anak adat yang rendah hati, yang mana setiap kali bertemu masyarakat kampung selalu hormat.

“Jadi memang adat itu mengajarkan, siapa saja mau datang kita harus terima, soal pilihan itu hanya Tuhan, kita punya diri dan TPS saja yang tahu. Politik itu pada hakekatnya mencari kekuasaan untuk melayani masyarakat, politik itu perlu seni,” ujarnya.

Dengan majunya Matius Fakhiri-Aryoko Rumaropen di Pilkada Papua 2024, George Awi selaku Ketua LMA Port Numbay memberikan restu dan doa.

“Tidak boleh ada batasan untuk orang Papua, ini soal pemerintahan, orang Papua siapa saja boleh maju, jaga kesatuan orang Papua. Papua itu 3S, Sorong, Sota dan Skouw, jadi dari 3S ini siapa saja mau maju silahkan,” tegasnya.

Sementara Calon Gubernur Papua, Matius Fakhiri mengatakan kehadiran dirinya bersama Aryoko Rumaropen adalah untuk bersilaturahmi sekaligus meminta restu dari para orang tua.

“Kehadiran kami di sini sebagai anak untuk minta restu kepada orang tua. Ibu guru (istri George Awi) itu yang membuat saya seperti ini,” kata Fakhiri.

Fakhiri meminta, ikatan Ondoafi di Port Numbay tidak boleh pecah karena politik, karena kami semua anak Papua yang merupakan keluarga besar.

“Kami punya kerinduan, semua anak Papua boleh jadi apapun di tanah ini. Kita harus buka akses, jangan kita mengkerdilkan, boleh banyak provinsi tapi kita harus tetap satu di Tanah Papua,” pintanya.[yat/TIM]