JAYAPURA, PapuaSatu.com – Anggota Polri di Papua khususnya dan masyarakat umumnya diajak untuk dapat melaksanakan hak dan kewajibannya dengan rame ing gawe sepi ing pamrih, yakni banyak bekerja tanpa pamrih atau tanpa banyak menuntut balasann(imbalan).
Hal itu yang menjadi tema dalam pagelaran (pertunjukan) wayang kulit berjudul Punta Dewa Mangun Mangerto di halaman Mapolda Papua, Sabtu (18/8/2018), yang dibawakan dalang Ki Juwita Gendeng, yang digelar Polda Papua bekerja sama dengan Himpunan Keluarga Jawa Madura (HKJM).
Sebelum cerita melalui wayang kulit dimulai, Ketua HKJM Papua, H. Sasminanto, SH. MH., mengungkapkan apresiasinya kepada Polda Papua dan jajarannya yang telah bekerja keras sehingga selama kepemimpinan Irjen Pol Boy Rafli Amar situasi secara umum di Papua dapat kondusif.
“Kita merasakan secara komunitas kemasyarakatan situasinya sangat kondusif luar biasa dan kita apresiasi kepada Kapolda bersama jajarannya dimana pada pelaksanaan Pilkada kemarin tidak ada ancaman yang mengganggu sampai ke pelosok Papua,” ungkapnya.
Dengan pagelaran wayang, kata Sasminanto, kita meng-uri uri (melestarikan) budaya Jawa.
“Jawa identik dengan wayang dengan tema Puntadewa Mangun Mangerto, posisi kepolisian sama halnya ksatria, institusi polisi yang ada di Papua rame ing gawe sepi ing pamrih, berkarya banyak tanpa meminta imbalan, tetapi dilakukan dengan iklas,” ungkapnya.
Dalam kesempatan tersebut, Kapolda Papua Irjen Pol Drs. Boy Rafli Amar, MH, pertunjukan wayang kulit tersebut dapat dimaknai dengan acara melepas serangkaian panjang dari kegiatan Pilkada 2018 dan sekaligus memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-73.
“Pada hari ini juga merupakan salah satu upaya memelihara ketahanan di bidang budaya Indonesia, yang lebih luar biasa adalah berkaitan dengan budaya atau kegiatan wayang kulit yang tentunya bisa diselenggarakan di tanah Papua,” ujar Kapolda.
Kalau pertunjukan wayang kulit dilakukan di Pulau Jawa, kata Kapolda, tentunya merupakan sesuatu hal yang biasa. Tetapi terasa istimewa bila dilaksanakan di tanah Papua.
“Ini juga menjadi sarana ukuran bagi seluruh masyarakat tergabung dalam HKJM sehingga walaupun jauh dari kampung halaman kita sama-sama bisa menikmati pewayangan yang nantinya pasti seru cerita yang disampaikan oleh dalang kita,” lanjutnya.
Menurut Kapolda, bahwa sudah terjadi proses asimilasi budaya yang sangat bagus antara masyarakat yang dating dari luar Papua dengan masyarakat Papua.
“Dan kita bisa bersinergi untuk memajukan Tanah Papua, tanah Papua ini bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia yang membutuhkan peran serta dari HKJM,” jelasnya.
Yang terpenting, kata Kapolda, adalah semua komponen masyarakat yang ada bisa saling meningkatkan pengertian, pemahaman, saling menghormati antar suku yang ada, kemudian hidup rukun diantara keberagaman agama yang ada.
“Dan tentunya semangat hidup harmoni sebagai anak bangsa yang ada di tanah Papua, kemudian saya menyampaikan permohonan maaf serta pamit karena saya telah mendapatkan perintah untuk melaksanakan tugas di tempat yang baru,” pungkasnya.[yat]