JAYAPURA, PapuaSatu.com – Guna mengetahui langsung kondisi para pengungsi dari Wamena akibat kerusuhan 23 September lalu, Kapolda Papua, Irjen Pol. Drs. Paulus Waterpauw bersama ibu, melakukan kunjungan ke pengungsi yang ada di Rindam XVII/Cenderawasih, Kamis (3/10/19).
Tampak ikut dalam kunjungan tersebut Wakapolda Papua Drs. Yakobus Marjuki bersama ibu, PJU Polda Papua, Wadanrindam XVII Cenderawasih kolonel Inf. Edy Saputra, Kapolres Jajaran Polda Papua, dan Ibu-ibu Bhayangkari Pengurus Daerah Papua.
Kapolda mengunjungi pengungsi yang ditampung di Barak 1 Ridam XVII/Cenderawasih, Kabupaten Jayapura, dengan memberikan bantuan sembako.
Kapolda Papua Drs. Paulus Waterpauw saat ditemui wartawan usai kunjungan mengungkapkan, selain menyerahkan bantuan, juga berupaya menggali apa yang menjadi harapan ataupun keinginan dari pengungsi.
Dari kunjungan yang juga dalam rangka HUT TNI yang jatuh pada tanggal 10 Oktober 2019 nanti, kata Kapolda, diketahui bahwa sebagian pengungsi masih sangat trauma atas kejadian demo anarkis di Wamena beberapa hari lalu.
“Kita lihat ada beberapa yang masih trauma, kita berupaya meyakinkan kepada mereka bahwa keadaan Wamena dan sekitarnya sudah relative aman, listrik sudah menyala, air juga, dan lain-lainnya sudah berfungsi,” ujar Kapolda.
Saat ini, kata Kapolda, sedang dilakukan pembersihan puing-puing dan rongsokan akibat pembakaran yang lalu.
“Ini bencana, dan saya harap saudara-saudara kita tidak semuanya pergi. Khusus kaum bapak atau laki-laki, diharapkan segera bisa kembali, untuk kembali bekerja dan berusaha kembali untuk kehidupan mereka,” imbau Kapolda.
Kapolda dengan tegas menyatakan bahwa pihaknya bersama TNI dan pemerintah menjamin keamanan dan keselamatan mereka.
Aparat TNI dan Polri, kata Kapolda terus menata kekuatan guna menstabilkan situasi Kamtibmas di Wamena dan sekitarnya.
“TNI/Polri hadir di sana untuk menjaga dan melindungi saudara-saudara di sana. Kalau ada berita-berita yang katanya ada ancaman dan sejenisnya enggak usah di dengar. Aparat berhadapan dengan mereka, karena itu kelompok. Bukan masyarakat,” tandas Kapolda.
Sementara itu, beberapa pengungsi saat ditemui PapuaSatu.com mengakui rasa trauma yang dialami, karena melihat sendiri bagaimana rumah-rumah, kendaraan dan fasilitas lain yang dibakar secara brutal, serta melihat saudra-saudaranya yang lain dibunuh oleh para pendemo yang anarkis.
“Saya hanya ingin secepatnya pulang ke kampong,” ungkap M. Masir yang hanya ingin segera kembali ke kampung halamannya di Jawa Timur.
Masir dan sejumlah pengungsi lain pun mengakui tidak ingin kembali ke Papua, karena alas an keamanan.[yat]