JAYAPURA, PapuaSatu.com – Wakil Gubernur Provinsi Papua, Klemen Tinal, SE.,MM didampingi Sekda Papua TEA Hery Dosinaen, para Kepala SKPD, Ketua Lembaga Masyarakat Adat (LMA) Biak di Jayapura Apolos Sroyer dan masyarakat menjemput perahu tradisional Biak “Wairon” di Pantai Dok II, depan Kantor Gubernur Papua, Kota Jayapura, Selasa (2/10/2018).
“Tim perahu tradisional Biak Numfor “Wairon” menelusuri pelayaran nenek moyang orang Biak ke Tanah Tabi menunjukan kepada khalayak orang Papua bahwa “Wairon” perahu tradisional Biak dan saatnya kebangkitan budaya Papua secara umum dan khususnya kebudayaan Biak,” kata Wakil Gubernur Papua, Klemen Tinal saat pertemuan bersama tim perahu tradisional Biak “Wairon” di Main Hall Kantor Gubernr Papua.
Menurut Klemen Tinal, dalam perjalanannya orang Biak membuat parang untuk barter dengan makanan, gelang dari kerang (samfar, kbur) ditempat dimana mereka singgah.
Dijelaskan, perahu tradisional Biak “Wairon” adalah perahu dagang tradisional Suku Byak (Biak) yang pada zaman dahulu dipakai untuk berdagang menelusuri Teluk Cenderawasih, Pantai Utara Pulau Papua dari Mnu Kwar (Manokwari) sampai ke Sorong dan terus ke Ternate dan Tidore dalam rangka memberi upeti kepada Sultan Tidore untuk mendapat gelar dari Sultan.
“Gelar –gelar itu kemudian dipakai oleh orang Biak sebagai marga/keret antara lain Sangaji (Sanadi), Kapitan Laut (Kapitarau), Mayor, Jurubahasa (Urbasa), Dimara, dan lain-lain,” ujar Klemen.
Selain itu, ada orang Biak yang mendiami bagian timur pulau Biak dan Padaido memilihn untuk menggunakan Wairon untuk berlayar menelusuri bagian Timur Pulau Papua, Mereka berlayar dari Pulau Biak, menuju Pulau Kurudu, Pulau Kamamba, masuk ke Teluk Humbolt.
Selanjutnya kearah Timur masuk di Aitape dan Wewak di Papua New Guinea (PNG). Kemudian mereka kembali menetap di Abe Pantai sampai saat ini.
Sejarah pelayaran ini dibuktikan dengan beberapa marga orang Biak yang menetap di Pulau-Pulau yang disinggahi seperti Pulau Kumamba dan Sarmi yang ada marga Biak antara lain Jarangga, Ronsumre, Wakum.
Sementara itu, Apolos Sroyer menerangkan, perjalanan perahu tradisional Biak Wairon ini merupakan Napak Tilas.
“Kami generasi muda mencoba melakukan perjalanan kembali atas pelayaran-pelayaran ratusan tahun orang tua kami menyinggahi beberapa Pulau dan memberikan nama terhadap Pulau-pulau ini termasuk Tabi sampai ke Pulau Samarai dan gugusan pulau Pasifik lainnya,” kata Apolos Sroyer.
Dikatakan, segala tantangan alam atas perkenan Tuhan kami keluar dari Kampung Mokmer di Biak, menelusuri Yapen sampai di Sarmi. Kemudian sampai ke Tabi.
“Tiba di Jayapura kami akan berlabuh untuk memperbaiki perahu dengan segala perlengkapan. Kemudian kami akan melakukan pelayaran Pulau-Pulau lain di Pasifik. “Kami mohon doa restu seluruh masyarakat di Tanah Tabi dan Pemprov Papua,” ujarnya.
Diketahui, Perahu tradisional Biak “Wairon” bertolak dari Kampung Mokmer, Biak Numfor pada hari Jumat (28/9/2018), dipimpin Kapitarau atau Nahkoda Denis Koibur bersama 7 awak disebut Man Babores (pendayung).
Denis Koibur adalah pencetus dan pembuat Wairon bersama pemuda lainnya di Kampung Mokmer, Biak Numfor. Sampai di Sarmi ada tambahan 1 awak total ada 9 awak. [piet/loy]