JAYAPURA, PapuaSatu.com – Mencermati perkembangan harga-harga sejumlah komponen pentebab inflasi di dua kota Indeks Harga Konsumen (IHK) di Papua, yakni Kota Jayapura dan Kota Merauke, Badan Pusat Statustik (BPS) Provinsi Papua menilai perlunya usaha ekstra stakeholder terkait, terutama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) untuk mengendalikan laju inflasi atau kenaikan harga.
Pemerintah perlu menjaga stabilitas harga kedepan dengan usaha ekstra agar capaian inflasi berada pada kisaran target yang telah ditentukan sebesar 3,5±1, ungkap Kepala BPS Papua, Drs. Simon Sapary,M.Sc saat merilis Baerita Resmi Statistik di Kantornya, Jumat.
Yang mana, perkembangan inflasi Kota Jayapura tahun berjalan Februari 2019 mencapai -0,03 persen (deflasi). Pencapaian ini lebih rendah dan terkendali dibandingkan Februari 2018 yang sebesar 1,05 persen.
Dan inflasi year on year (yoy) Februari 2019 sebesar 7,03 persen dan relatif lebih tinggi dibandingkan yoy Februari 2018 yang sebesar 3,00 persen.
Deflasi tersebut cenderung melambat dibandingkan inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 0,26 persen.
Diantara faktor pemicu terjadinya deflasi yaitu penurunan harga pada angkutan udara dengan andil sebesar 0,384 persen, daging ayam ras dengan andil 0,033 persen, tomat sayur dengan andil sebesar 0,032 persen, bayam dengan andil 0,014 persen, leiur ayam ras dengan andil 0,013 persen, dan beberapa komoditas dominan lainya.
Secara umum deflasi tersebut masih didominasi oleh pengaruh penurunan harga pada kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan yang memberikan andil 0,37 persen terhadap total deflasi di Kota jayapura.
Sementara itu di Merauke selama Februari 2019 terjadi deflasi sebesar 2,12 persen. Deflasi tersebut cenderung lebih tajam dibandingkan kondisi bulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 0,01 persen.[yat]