Ekonomi Papua Turun Signifikan, Ini Kata Bank Indonesia

375
Kepala KPw BI Papua, Joko Supratikto

JAYAPURA, PapuaSatu.com – Di triwulan I Tahun 2019, ekonomi Papua (yoy) mengalami kontraksi yang cukup dalam, dengan pertumbuhan minus, yang di semester II mendatang pertumbuhan juga diperkirakan masih minus.

“Pada triwulan II 2019, kinerja perekonomian Papua diperkirakan terkontraksi sebesar (-20,1) — (-19,7) persen (yoy),” ungkap Joko Supratikto, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Papua kepada wartawan Jumat (24/5/2019).

Dari sisi permintaan, kontraksi ekonomi Papua pada triwulan II 2019 disebabkan oleh adanya penurunan ekspor luar negeri yang signifikan, akibat menurunnya produksi tambang Papua yang hanya dapat memenuhi permintaan domestik.

Yang mana, share sektor tambang tersebut terhadap ekonomi Papua sekitar 40 persen.

Namun demikian, kata Joko Supratikto, hal itu tidak perlu dikhawatirkan.

“Dampaknya seperti apa, ternyata di sektor-sektor lain di luar pertambangan masih tumbuh sekitar 6 sampai 7 persen,” jelasnya.

Yang mana, sektor tambang tersebut dampaknya lebih pada  menurunnya deviden yang diterima pemerintah.

Dari sisi tenaga kerja, jumlah tenaga kerja di Papua yang bekerja di sektor pertambangan juga relatif kecil.

“Sebenarnya dari sisi ketenagakerjaan juga tidak ada masalah, karena tidak ada pengurangan tenaga kerja. Cuma di masa transisi usaha pertambangan PT Freeport Indonesia dari tambang terbuka ke tambang bawah tanah, ini produksinya yang belum optimal,” kata Joko Supratikto.

Solusi jangka panjang agar Papua tidak terlalu bergantung pada produksi tambang PT Freeport Indonesia, kata Joko Supratikto, adalah dengan membangun atau menumbuhkan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi di luar tambang.

Terutama adalah sector pertanian, yang dominan masyarakat di Papua bekerja di sector tersebut.

Yang berikut adalah sector pariwisata, yang efek dominonya akan menumbuhkan sector-sektor lain, seperti UKM, jasa perhotelan, dan lain-lain.[yat]