KPA Papua Gelar Pertemuan Akbar Relawan KPA Papua 2019

1587
Ketua KPA Papua, Yan Matuan dalam kesempatan menggelar pertemuan akbar relawan KPA Papua, di Expo Waena, Minggu (3/2/2019)

JAYAPURA, PapuaSatu.com – Dengan thema “Selamatkan yang sisa dari yang tersisa”, Komisi Penanggulangan AIDS  (KPA) Papua menggelar pertemuan akbar relawan KPA 2019, di Kompleks Ekspo Waena, Minggu (3/2/2019).

Diikuti seribuan relawan, pertemuan akbar diawali dengan ibadah yang dipimpin Pdt. Yulius Maniagasi, yang mengambil topik Injil kekuatan Allah (Roma 1:16).

Ketua KPU Papua, Yan Matuan dalam kesempatan tersebut mengatakan bahwa saat ini hampir tiap hari ada pengidap Human Immunodeficiency Virus (HIV)- Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) yang meninggal dunia.

Setelah ditunjuk oleh Gubernur Papua, Lukas Enembe menjadi Ketua KPA Papua, ia terkejut dengan data pengidap HIV dari Dinas Kesehatan yang merilis angka yang fantastis, yang mencatat 38 ribu lebih warga di Papua terdeteksi terjangkit HIV.

Rasa penasarannya dengan ambulan yang sering lalu-lalang di jalan raya, membawanya untuk bertemu dokter di RS Dok 2 Jayapura, yang kemudian diketahui bahwa hal itu lebih banyak adalah mengangkut orang yang mengidap HIV-AIDS.

“Saya sudah lapor kepada gubernur, bahwa ada 1199 relawan yang siap untuk bekerja. Dan gubernur minta untuk ditambah sampai 2000. Kami buka kesempatan lagi sampai 3000 orang,” tandasnya.

Kalau dulu dikatakan bahwa yang bekerja di KPA lebih banyak tenaga medis, ditegaskan bahwa saat ini orang yang tidak sekolah juga bisa bekerja sebagai relawan.

Pada pertemuan akbar tersebut, juga dihadirkan kesaksisan dari dokter yang sehari-hari bekerja di RS. Dok 2 Jayapura, dr. Anthon Mote, bahwa secara medis belum ada obat yang bisa menyembuhkan orang yang terinveksi virus HIV tersebut.

Karena tidak ada obatnya, kata dr. Mote, yang bias dilakukan adalah hanya mencegah agar tidak tertular virus HIV tersebut.

Menurutnya, yang memprihatinkan di Papua adalah pengidap HIV tersebut rata-rata adalah yang masih berusia produktif.

Dikatakan, pintu utama penularan HIV adalah hubungan seks dengan orang yang terinveksi HIV.

Karena itu, tidak ada jalan lain untuk mencegahnya, yaitu dengan menghindari sek bebas. Dan terjadinya seks bebas lebih banyak diawali oleh konsumsi minuman beralkohol atau Minuman Keras (Miras).

Ditegaskan, bahwa senjata paling ampuh untuk mencegah agar tidak terinveksi virus HIV adalah mendekat kepada Tuhan.

“Kalau bapak polisi tembak orang Papua, HAM bicara. Tapi kalau HIV yang masuk bunuh orang Papua, siapa yang bisa bicara. Yang bisa bicara hanya diri sendiri,” ungkap dr. Mote.

Karena itu, tidak ada jalan lain, bagi orang Kristen, adalah untuk menjadikan Injil sebagai kekuatan agar tidak terjangkit HIV.

Karena itu, menurutnya , semua tokoh agama harus bisa turut menyuarakan kepada jemaaatnya agar menjauh dari perilaku yang beresiko terkena virus HIV-AIDS, dengan lebih mendekat kepada Tuhan.[yat]