Program Seribu Hari Pertama Kehidupan di Tolikara Sukses

2310

Caption : Ronal Panjaitan (Ist/PapuSatu.com)

JAYAPURA, PapuaSatu.com – Dinas Kesehatan Kabupaten Tolikara berhasil mensukseskan program Seribu Hari Pertama Kehidupan dalam pemberian asupan gizi bagi ibu hamil dan bayi sejak lahir hingga dua tahun.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua Ronal Panjaitan mengatakan, program Seribu Hari Pertama Kehidupan merupakan program unggulan dari Gubernur Papua yang ditindaklanjuti kabupaten Tolikara.

Dimana Program ini sudah berlangsung selama empat tehun sejak tahun 2014 lalu hingga saat ini dan pelaksanaanya cukup menghasil yang terbaik buat kelahiran ibu Hamil dan asupan gizi bayi hingga berusia dua tahun di kabupaten TOlikara.

Dalam Program Seribu Hari Pertama Kehidupan Dinas Kesehatan Kabupaten Tolikara tela memfokuskan empat titik yakni, Distrik Karubaga, Distrik Mamit, Kembu dan Etime.

“Masing-masing titik kami sudah sudah meletakkan dasar bagaimana dasar dari program seribu hari kehidupan anak,” Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua, Ronal Panjaitan kepaa wartawan di Aston Jayapura, Kamis (19/4/2018).

Ronal berharap agar program ini terus berlanjut karena dampak dan manfaat dari program yang sudah berlangsung selama empat tahun cukup berhasil dengan menghasilkan yang terbaik.

ia menyayangkan apabila program yang mulia ini dihentikan. “Ya, kalau mau daerah kita ingin mencapai generasi emas Papua, maka  sejak dini bahkan dari kehamilan ibu sudah menjadi prioritas utama untuk asupan gizi, agar kelahiran ibu menghasilkan gizi yang baik bagi anaknya itu sendiri,” ujarnya.

Iapun menyampaikan bahwa dalam program yang dilakukan, Dinas Kesehatan tidak jalan sendiri namun harus didukung oleh Stakholder yang ada. Sebab menurutnya, dalam fase seribu hari pertama kelahiran Anak, maka sampai 2 tahun sudah menjadi kewajiban untuk dilakukan asupan gizi anak sampai masuk pendidikan.

“Dalam menempuh pendidikan bagaimana asupan Gizi yang harus dilakukan. Nah, kita harus terus menjaga dan memberikan gizi yang baik sehingga daya tangkap Iq anak menjadi cerdas. Namun kami berhara adakerjasama dari stakeholder yang lain, seperti Dinas Perikanan, Peternakan dan perkebunan,” katanya.

Ronal  menuturkan, setelah harapan Seribu Hari Kehidupan ia berharap terus berlanjut karena Seribu Hari Pertama Kehidupan telah dimulai sejak ibu hamil sampai dia lahir dan sampai berumur dua tahun.

Meski tugas cukup berat dilakukan oleh Dinas Kesehatan dan tim medis yang sudah disiapkan, namun semangat untuk memberikan kesehatan bagi ibu hamil dan anak bayi cukup besar tanpa  melihat kondisi apapun dilapangan.

“Kami terus bergandengan tangan agar ibu-ibu hamil dan bayi di daerah pedalaman bisa memiliki gizi yang baik. Ini harus dipantau benar-benar. Mungkin kita harus tau bagaimana asupan gizi yang baik, kita berharap Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat saling Sharing masalah pendanaan,” katanya.

Hal ini disampaikan Ronal, karena masalah pendanaan untuk program Seribu Hari Kehidupan sudah mulai mekhwatirkan dan apabila kekurangan dana maka Pemerintah Daerah, khsusnya Dinas Kesehatan akan kesulitan untuk membuat terobosan seperti yang di cita-citakan Pemeritah daerah lebih khusus Pemerintah provinsi Papua.

Ronalpun menjelaskan, bahwa sejak 2015-2016 anggaran untuk program Seribu Kehidupan dialokasikan dari dana program gerbang mas termasuk tahun 2017. Namun untuk tahun 2018 masih dihendel dari Dana Otonomi Khusus.

“Jadi memang kita masih menggunakan dana alokasi dana sebelumnya, dimana masih ada silva sehingga kita berharap agar program ini tidak putuskan, karena kami ingin bagaimana anak-anak memiliki Iq yang baik dan memiliki asupan gizi yang baik,” harapnya.

Disinggung daerah mana yang sulit untuk dilakukan pelayanan pada Program Seribu Hari Kehidupan ini?, Ronal  menyebutkan bahwa tidak daerah yang tidak mudah dijangkau.

“Semuanya  sangat sulit  mengingat daerah kabupaten Tolikara merupakan daerah pegunungan dengan cuaca yang dingin. Namun kondisi ini tidak ada masalah yang kami hadapi selama program berjalan, semua program berhasil kami lakukan. Kami melihat ibu-ibu di Tolikara merasa senang dan ingin program ini terus berjalan,” tukasnya.

Hal itu disampaikan  Ronal karena  tenaga medis yang sudah disiapkan benar-benar memberikan pelayanan  secara baik.  Pasalnya tenaga medis selalu menggunakan bahasa daerah atau selama ini disebut  bahasa Ibu.

“Bahasa ini juga sekaligus mempermudah ibu-ibu untuk berkomunikasi dan kedekatan untuk memberikan pelayanan terhadap asupan gizi yang baik,” pungkasnya. [loy]