Prajurit Yonif 501 Kostrad Dijuluki “Pak Guru Pos”

634
Satgas Yonif Para Raider 501 Kostrad Pos Nafri saat membantu mengajar di SDN Inpres Nafri
Satgas Yonif Para Raider 501 Kostrad Pos Nafri saat membantu mengajar di SDN Inpres Nafri

JAYAPURA, PapuaSatu.com – Kekurangan tenaga pendidik di Papua, merupakan satu hal yang sudah biasa dan sangat sering dijumpai. Seperti yang terjadi di SDN Inpres Nafri, Kampung Nafri, Distrik Abepura, Kota Jayapura, dengan 140 murid, namun hanya memiliki 6 orang guru pengajar.

Berangkat dari hal tersebut, membuat Satgas Yonif Para Raider 501 Kostrad Pos Nafri berinisiatif membantu menjadi guru pengajar di SDN Inpres Nafri.

Dansatgas Yonif PR 501 Kostrad, Letkol Inf. Eko Antoni Chandra mengungkapkan bahwa kekurangan tenaga pendidik tidak bisa dianggap sebagai masalah biasa.

Karena, masalah tersebut apabila tidak ditindaklanjuti akan berdampak serius bagi para calon generasi penerus Bangsa

“Seperti apa wajah Negara Republik Indonesia di masa depan sangat bergantung kepada mereka yang saat ini sedang duduk di bangku Sekolah Dasar,” tutur Dansatgas.

Setiap harinya, beberapa personel Pos Nafri berkunjung ke SDN Inpres Nafri untuk mengisi jam-jam pelajaran yang kosong.

Mata pelajaran yang diberikan bermacam macam, mulai dari pelajaran Matematika, Kewarganegaraan, sampai dengan Wawasan Kebangsaan disesuaikan dengan Guru mata pelajaran apa yang tidak ada pada hari itu.

Kedekatan personel Satgas dengan para murid membuat murid murid membuat sebuah nama panggilan khusus untuk personel Satgas, yaitu “Pak Guru Pos”.

Sejak awal sebelum berangkat melaksanakan penugasan di Papua, personel tiap-tiap Pos telah mendapatkan pembekalan dan pelatihan tentang cara/tekhnik mengajar untuk tingkat SD dan SMP.

Sehingga personel Pos yang telah ditunjuk untuk mengajar adalah orang orang yang sudah paham bagaimana caranya mengajar.

Kepala Sekolah SDN Inpres Nafri, Ny. Margaretha Paelo, S.Pd mengucapkan terima kasih kepada Prajurit Satgas yang telah membantu pihak Sekolah untuk mengajar para murid.

Margaretha juga menuturkan, bahwa kekurangan guru pengajar di sekolahnya disebabkan karena banyaknya sekolah yang juga mengalami kekurangan guru pengajar, sehingga untuk menutupi kekurangan tersebut satu orang guru harus mengajar lebih dari satu sekolah.[yat]