Bupati Tolikara Usman G Wanimbo SE.M.Si (Nius/PapuaSatu.com)
JAYAPURA, PapuaSatu.com – Guna menyatukan masyarakat Tolikara yang terpecah belah akibat perbedaan pandangan selama proses Pilkada Bupati dan Wakil Bupati Puncak Jaya, menjadi prioritas pertama Bupati Tolikara, Usman G Wanimbo, SE. M.Si yang baru saja dilantik oleh Gubernur Papua, Lukas Enembe, pada Senin (16/10/2017).
Tugas utama yang dilakukan oleh bupati Tolikara yakni pertama, merangkul seluruh masyarakat Tolikara yang terbagi dalam kandidat nomor 1, 2 dan 3.
“ ada dua kelompok masyarakat disana yakni masyarakat pada umumnya dan kalangan intelektual. Tujuan disana untuk bagaimana merangkul mereka. Tingkat intelektual, saya akan lakukan pertemuan khusus, untuk rekonsiliasi dengan intelektual Tolikara,” ,” kata Bupati Wanimbo saat ditemui wartawan di Jayapura, Selasa (17/10/2017).
Menurutnya, merangkul masyarakat untuk melakukan rekonsisliasi, dan mencari solusi untuk duduk bersama guna meminta berbagai masukan, menyatukan persepsi, serta menerima masukan untuk pembangunan lima tahun kedepan.
“Mereka berikan masukan soal pembangunan SDM dan lain sebagainya kami akan terima dan kami akan melakukan selama kami memimpin lima tahun kedepan,” ujarnya.
Hal lain, kata Bupati Wanimbo adalah menjaga kondusifitas keamanan di Tolikara. Hal ini disampaikan karena Pilkada 2018 dan 2019 sudah dekat. “Jadi mulai sekarang, kami harus jaga kondusifitas, hubungan dan keamanan, semua itu harus kita jaga dengan kerjasama yang bagus dengan TNI dan Polri,” terangnya.
Dikatakannya Pilkada Bupati dan Wakil Bupati yang telah berlangsung dengan aman, membuktikan prediksi pihak aparat keamanan bahwa Tolikara menjadi daerah paling berpotensi konflik itu tidak terbukti.
“Puji syukur, karena kerjasama pemerintah, TNI, Polri dan masyarakat sangat bagus, sehingga Pilkada aman. Yang tidak diduga malah terjadi. Berarti di Tolikara sudh ada kesadaran, terjadi perubahan selama lima tahun ini di dalam masyarakat Tolikara,” ujarnya.
Yang berikut lagi, kata Usman G Wanimbo, adalah menentukan langkah apa yang akan dikerjakan kedepan dalam merealisasikan Tolikara yang maju, mandiri dan unggul.
Disinggung optimisme tercapainya rekonsiliasi akibat perpecahan pandangan akibat pemilu yang dapat saja terjadi lagi di Tahun 2018 dan 2019 mendatang yang secara berturut-turut digelar, dikatakan bahwa rekonsiliasi tetap harus digelar agar perpecahan tidak semakin membesar.
“Tidak apa-apa, tapi kita harus mulai. Kalau tidak memulai kapan lagi? Ya kan? Nanti kalau dibiarkan justru akan bertambah membengkak lagi,” jelasnya.
Ditegaskan bahwa orang Toli harus jadi satu. “Itu terbukti pada Pilkada Tahun 2012 lalu, sertelah pecah konflik, satu minggu kemudian kita selesaikan di Polda, satu minggu kita lakukan perdamaian di Tolikara, satu minggu kita Pilkada lagi,” tuturnya.(ahmadj)