Di Bintuni BBM Langkah, Diduga Ada Keterlibatan Oknum Polisi

2609

Nelayan : BBM Subsidi Dijual Dengan Harga Industri

BINTUNI, PapuaSatu.com – Maraknya penjualan Bahan Bakar Minyak (BBM) secara ilegal menyebabkan kelangkaan terjadi di wilayah Kabupaten Teluk Bintuni, Provinsi Papua Barat.

Informasi yang dihimpun PapuaSatu.com, terjadinya kelangkaan BBM di Teluk Bintuni di duga akibat ada penimbunan BBM yang di oleh oknum anggota polisi dan aparat dari Dinas Kelautan Kabupaten Teluk Bintuni.

“Kami sudah tidak heran lagi dengan bisnis BBM di Teluk Bintuni ini. Soalnya di Teluk Bintuni ini adalah surga bisnis bagi para mafia BBM ilegal. Bukan saja BBM tapi juga kayu ilegal,” ujar warga Bintuni yang enggan namanya disebutkan kepada wartawan, Senin (04/06/2018).

Dikemukakannya, BBM bersubsidi dijual dengan harga industri kepada masyarakat termasuk kepada para nelayan yang sehari-hari melaut.

Tak hanya itu, lanjutnya, para nelayan juga sering mendapat minyak solar dari hasil penyulingan bahan minyak mentah atau jenis resido yang diolah menjadi bahan bakar mesin berjenis diesel dan mengakibatkan mesin para nelayan rusak.

“Sementara oknum-oknum aparat ini kerap mengincar kita dilaut dengan mencari-cari kesalahan kami. Padahal beberapa diantara mereka ada oknum yang justru menjadi penadah minyak dari hasiil ‘kencing’, dan di titipkan di beberapa agen BBM di Kota Bintuni. kami sebenarnya takut memberikan informasi ini. Karena kalau ketauan, kami akan diintimidasi oleh oknum-oknum polisi itu,”ujarnya.

Yang lebih paranya, sebut dia, penjualan maupun pemasok BBM ilegal ini sudah marajalela cukup lama. Bahkan, secara teranh-terangan bermain di tengah laut dan mengamankan hasil curian ke darat melalui jalur tikus.

“Sudah tidak heran, ini menjadi rahasia umum di kalangan masyarakat. dan menjadi surga bisnis BBM Kencing atau ilegal. Selain itu Para pemain tak jarang melibatkan oknum aparat kepolisian hingga pemerintahan daerah,”Ujar H. Muksin salah satu warga nelayan.

Menurut kesaksian para nelayan ini, tak hanya menjadi lahan bisnis, Bahan Bakar Minyak ( BBM )subsidi yang dijual dengan harga industri ini sangat memberatkan para nelayan membelinya.
Sehingga tak jarang pula para nelayan warga di Kampung Kama dan Tahiti Kampung Nelayan, di Teluk Bintuni justru memilih familiar menjadi penadah minyak kincing dari kapal perusahan, baik untuk dipakai sendiri dan bahkan di titipkan untuk dijual kembali ke beberapa nelayan lainnya guna mendukung bersama pemenuhan kuota BBM untuk melaut.

” Aparat saja sudah bermain begitu, masa kami hanya beli untuk pakai disusahkan?? Apalagi ini semestinya bagi kami nelayan harus ada nilai beli harga subsidi. Kami pilih beli harga minyak ‘kincing’ daripada minyak subsidi harga industri, pemainnya malah oknum aparat,”Keluh para nelayan.

Harga pembelian minyak kencing hanya seharga Rp. 900 ribu sampai dengan Rp. 1.3 juta. Sementara harga bersubsidi namun dijual dengan harga minyak industri berkisar harga mulai dari Rp. 1,6 juta sampai dengan Rp. 1,8 juta per drum atau sekitar 200 liter.

“Intinya masyarakat nelayan ini semua sudah tau, harga minyak kencing itu lebih murah. Intinya aparat dan penegak hukum sudah bermain, oknum polisi itu berinsial ‘L’, “Beber para nelayan.
Sedangkan untuk ilegal loging, dia menuturkan, marak diperdagangkan secara bebas di stand penjualan kayu dalam bentuk kayu olahan yang berada di dalam Kota Bintuni. Dimana, kegiatan produksi kayu ilegal hasil penebangan liar kerap di lakukan dibeberapa titik rumah pengolahan kayu (Sawmil).

“Diangkut untuk dijual sebagai kayu olahan dengan modus menggunakan faktur jalan, yang disebar di dalam kota bintuni bahkan sampai ke kota Manokwari. Harganya pun cukup miring, sekitar Rp. 4 juta sampai dengan 6 juta rupiah per truck/kubik, tergantung jenis kayu dan ukuran yang di incar di harga pasaran,”tandasnya. [free]