Kwalitas Standar Kesehatan Ibu dan Anak Ditingkatkan

618
Kwalitas Standar Kesehatan Ibu dan Anak Ditingkatkan

JAYAPURA, PapuaSatu.com – Pemerintah Provinsi Papua memperhatikan rendahnya  kwalitas standar kesehatan ibu dan anak di Papua.

“Sering kita mendengar kejadian gagal persalinan pada ibu. Ironisnya hingga merengut nyawa ibu dan bayi bahkan keduanya atau dengan kata lain Ibu mengalami keguguran pada kandungan usia kehamilam dua sampai tiga bulan,” kata Penjabat Gubernur Papua Soedarmo dalam sambutannya yang dibacakan  Staf Ahli Gubernur Papua, Johana OA Rumbiak, SE, MM saat membuka Kegiatan Fasilitasi Penguatan Kapasitas Kader Posyandu dan PKK Tahun 2018  di Sahid Hotel Papua, Jayapura, Selasa (22/5/2018).

Penjabat Gubernur  menghimbau agar masalah ini perlu menjadi perhatian  SKPD terkait  yang dituangkan dalam program/kegiatan  yang menyentuh  dan dirasakan langsung oleh masyarakat,  khususnya  bagi  ibu dan anak.

“Hal inipun menjadi perhatian saya untuk meminta SKPD terkait  untuk berpikir membuat dan melaksanakan kebijakan tersebut,” kata Soedarmo.

Gubernur menegaskan, kebijakan alokasi dana Otsus Papua sebesar 80 persen   yang dikelola oleh 29 Kabupaten/Kota, sedangkan Pemprov Papua mengelola sebesar 20 persen.

Kegiatan ini diselenggarakan Badan Pemberdayaan Perempuan dan  Perlindungan Anak (BPPPA) Provinsi Papua, dengan  sasaran tahun 2018 fasilitasi penguatan kapasitas Posyandu di fokuskan 20 Posyandu  di empat masing-masing Mimika, Merauke, Biak Numfor dan Nabire.

Dihadiri dua narasumber dari  Yayasan Kesejahteraan Sosial Cabang Merauke, yakni Ibu Yuli  de Fretes dan Ibu Martince Apmofu.

Turut hadir dalam kegiatan tersebut, masing-masing  perwakilan Kepala SKPD di lingkungan Pemprov Papua, Pimpinan Lembaga Pemasyarakatan, Tokoh Agama, Tokoh Perempuan, Perwakilan Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Papua.

Sementara itu, Ketua Panitia Penyelenggara Philep Runtu Thomas, SE mengatakan tujuan kegiatan ini. Pertama, untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan kader agar melakukan kegiatan  penggerakan dan pemberdayaan masyarakat yang berdampak pada penurunan angka kesakitan.

Kedua, melakukan pembinaan kader Posyandu agar para kader memiliki kapasitan dan integrasi sesuai  kebutuhan masyarakat. Ketiga, meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya kehadiran Posyandu dengan tenaga kader yang  memadai. [piet/loy]