WONDAMA, PapuaSatu.com – Lembaga Penelitian, Pengkajian dan Pengembangan Bantuan Hukum (LP3BH) Manokwari, Provinsi Papua Barat yang juga sebagai Pembela HAM di tanah Papua, Yan Christian Warinussy meminta secara kepada kepada pimpinan kepolisian untuk menindak tegas pelaku penembakan terhadap anggota Brimob Batalyon B Pelopor Polda Papua.
“Saya menyampaikan berbelasungkawa atas kematian Briptu Berry Pramana, anggota Brimob Batalyon B Pelopor Polda Papua dalam ‘kontak senjata’ dengan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di kawasan jembatan Utikini, Tembagapura-Timika, Papua, Minggu (22/10/2017),” kata Yan Christian Warinussy melalui press releasnya yang diterima PapuaSatu.com, Senin (23/10/2017).
Warinussy mengutarakan, gugurnya Briptu Berry Pramana Putra dan dua rekannnya yang mengalami luka-luka seharusnya menjadi perhatian jajaran Pimpinan Polri di tanah Papua dan Jakarta untuk segera melakukan investigasi maksimal dan menangkap si pelaku dan membawanya ke depan pengadilan.
“Kami memandang bahwa tindakan penembakan terhadap aparat kepolisian (Brimob) semacam yang dialami almarhum Berry Pramana dan rekan-rekannya yang mengalami luka, bukan merupakan kejadian yang pertama kali, tetapi sudah berulang kali terjadi,”kata
Ia mengemukakan, khusus di kawasan pegunungan tengah Papua hingga ke area kerja perusahaan tambang emas-tembaga Freeport Indonesia Company (FIC) sudah seringkali terjadi penembakan yang dilakukan oleh KKB dan korbannya seringkali adalah anggota polisi atau Brimob.
“ banyak sekali kasus-kasus dugaan penembakan oleh pelaku yang diduga dari Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) tersebut tidak pernah ditangkap dan dibawa hingga dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya di depan pengadilan yang adil, terbuka dan mandiri,”ujar Warinussy.
Aparat harus berani mengungkap dan menindak tegas para pelaku penembakan itu sehingga dengan jelas dapat diketahui latar belakang peristiwa yang mereka. “ apakah sebagai sebuah peristiwa hukum pidana dan dapat diuraikan secara jelas. bagaimana filosofi hukum dari kasus tersebut dan bagaimana aspek-aspek sosiologisnya,” kata Warinussy menanyakan.
Iapun mempertanyakan upaya kepolisian dalam melakukan pengamanan. Sebab aparat keamanan di kawasan PT. Freeport Indonesia di jaga ketat hingga berlapis-lapis selama 10 tahun terakhir.
Namun justru aparat keamanannya sendiri yang menjadi korban dari peristiwa penembakan. “Ini sangat sulit diuraikan melalui sebuah investigasi kriminal sekalipun,”ucap Warinussy.
Meski demikian, Warinussy selaku LP3BH mendesak Kapolri dan Kapolda Papua untuk memberikan penghargaan (reward) yang setimpal kepada almarhum atas dedikasinya sebagai prajurit dan bhayangkara negara yang luar biasa serta keluarga yang ditinggalkannya sebagai bagian tidak terpisahkan atas dharma bhakti almarhum kepada bangsa dan negara Indonesia. (free/nius)