Daerah Tolikara Sangat Cocok Untuk Pengembangan Olahraga Dirgantara Paralayang

1690
Atlet paralayang saat menunjukkan kebolehannya divestifal paralayang yang dipadukan dengan Festival Seni Budaya yang dipusatkan di Kota Karubaga, Ibukota Kabupaten Tolikara, Rabu (9/8/2018)
Festival paralayang yang dipadukan dengan Festival Seni Budaya yang dipusatkan di Kota Karubaga, Ibukota Kabupaten Tolikara, Rabu (9/8/2018)

TOLIKARA, PapuaSatu.com – Paralayang memiliki   potensi   yang   besar   untuk   berkembang   di   Indonesia.   Namun,   hal   ini diperlukan  sarana  yang  tepat  agar  paralayang  dapat  diterima  dengan  baik oleh masyarakat   Indonesia   secara   luas.

Demikian diungkapkan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tolikara, Eber Waisimon usai penutupan pegelaran festival paralayang yang dipadukan dengan Vestifal Seni Budaya yang dipusatkan di Kota Karubaga, Ibukota Kabupaten Tolikara, Rabu (9/8/2018).

“Daerah Tolikara merupakan salah satu daerah di Indonesia yang sangat cocok untuk mengembangkan olahraga dirgantara paralayang ini,” ungkapnya.

Karena, lanjutnya, hal itu didukung dengan potensi  keindahan topografi daerah Tolikara yang bergunung–gunung dan lembah-lembah yang mengangumkan.

“Karena itu  kegiatan festival paralayang dipadukan dengan festival seni budaya digelar setiap tahun sejak Tahun 2014, apalagi kegiatan festival paralayang dan seni budaya ini sudah masuk di dalam kalender nasional,” lanjutnya.

Eber waisimon mengatakan, kegiatan festival Paralayang dan Seni Budaya tersebut tentunya memberikan jawaban yang sangat positif bagi pemerintah Tolikara dan Pemerintah Provinsi Papua yang berkaitan dengan persiapan Pra-PON 2019 dan PON 2020 dimana Cabor Paralayang dipusatkan di Kabupaten Tolikara.

Kami juga memberikan penghargaan yang setinggi–tingginya kepada Bupati Tolikara Usman G. Wanimbo dan Wakil Bupati Tolikara Dinus Wanimbo telah mendukung penuh pegelaran Festival Paralayang dan seni budaya ini dapat terselenggara dengan sukses.

Tak lupa juga pengargaan tinggi patut diberikan kepada seluruh masyarakat Tolikara telah mendukung penuh kegiatan festival paralayang ini dan seni budaya ini sehingga kegiatan ini berlagsung dengan aman dan sukses.

Eber Waisimon berharap pada kegiatan Pra-PON 2019 dan PON 2020 mendatang Tolikara siap mengelar cabor dirgantara paralayang dan Tolikara siap meraih medali emas, karena para atlit paralayang hingga sampai saat ini terus dilatih dibawah pembinaan pemerintah Tolikara.

Kegiatan paralayang yang digelar selama tiga hari (6 – 8 Agustus 2018) diikuti peserta paralayang dari seluruh Indonesia, termasuk dari Jakarta, Bandung, dan tentunya dari Papua.

Dalam kesempatan tersebut Eber Waisimon juga memaparkan terkait tantangan yang harus dihadapi seorang yang hendak menjadi atlet paralayang.

Yang mana, paralayang merupakan sebuah cabang olahraga profesional, namun di sisi lain, dapat menjelma mejadi sebuah olahraga hiburan yang menyenangkan. Terbang dari ketinggian dan mengandalkan angin untuk melihat pemandangan luar biasa dari atas, tentunya menjadi sensasi tersendiri bagi para penikmatnya.

Tanpa menggunakan mesin, para pilot paralayang menggunakan kaki mereka untuk lepas landas dan mendarat.

Mengandalkan parasut dan angin serta cuaca, meski menyenangkan, olahraga paralayang tentunya juga memiliki resiko besar didalamnya.

Namun resiko itu dapat dicegah dengan beberapa cara, melakukan olahraga paralayang sesuai prosedur akan menekan tingkat kecelakaan yang dapat dialami.

Untuk itulah, maka para penikmat paralayang, terutama pemula harus memperhatikan betul beberapa hal agar dapat terbang dengan aman dan nyaman.

“Menjadi atlet paralayang bukanlah hal yang mudah, akan  tetapi, dalam  menerbangkan  paralayang, dibutuhkan  keberanian  dan  skill  khusus untuk   mengendalikan   parasut  yang   berfungsi   sebagai   alat   bantu menjelajah,” ujar Kadis Pariwisata dan Kebudayaan Eber Waisimon.[yat]