![Bupati Keerom Muh. Markum bersama 37 kepala kampung berpose bersama seusai melihat secara langsung BUMDes Kampung Mataraman yang terletak di Kabupaten Bantul Yogyakarta Bupati Keerom Muh. Markum bersama 37 kepala kampung berpose bersama seusai melihat secara langsung BUMDes Kampung Mataraman yang terletak di Kabupaten Bantul Yogyakarta](https://papuasatu.com/wp-content/uploads/2019/07/baru-696x464.jpg)
JOGJAKARTA, PapuaSatu.com – Bupati Keerom Muh. Markum memberangkatkan sebanyak 37 kepala kampung untuk melakukan studi banding di dua provinsi sekaligus. Kabupaten Tuban Jawa Timur dan kabupaten Bantul Yogyakarta menjadi pilihan tempat belajar para kepala kampung yang baru dilantik beberapa bulan lalu.
Menurut Bupati Markum memberikan wawasan dan pengalaman kepada kepala kampung sangat penting karena melalui merekalah pemerintahan kampung akan berjalan dan interaksi dengan masyarakat akan lebih intens terjadi. Sehingga diperlukan pengetahuan memadai untuk mengubah pola pikir untuk dapat mengadopsi sebuah perubahan untuk kepentingan pembangunan kampung.
Laporan : Alfred/PapuaSatu.com
“Disini kita akan lihat cara beternak yang bagus, bagaimana mengelola dana desa yang tidak hanya untuk kebutuhan lainnya tapi bisa menjadi usaha kampung untuk mendatangkan pendapatan, ada juga bagaimana melakukan pengelolaan keuangan kampung,” ujar Bupati Markum ketika mendampingi 37 kepala kampung melakukan studi banding.
Mendapat perbandingan dalam mengelola peternakan dan dana desa, diyakini Bupati Markum, kepala kampung akan mendapatkan referensi baru dalam untuk menjalankan pemerintahan kampung yang bertujuan mensekahterakan masyarakat.
“Kepala kampung bisa melihat disini secara baik mengapa kita tidak maksimal, apa kekurangan kita dalam pengelolaannya. Saya yakin kalau kita buat semua ini secara bersama-sama hasilnya bisa maksimal,” ungkap Bupati yang berharap adanya peningkatan pemberdayaan di kampung.
Untuk itu Bupati berharap 37 kepala kampung bisa menyerap semua ilmu yang diberikan dan mengaplikasikannya di kampung masing-masing. Dana besar telah digelontorkan Pemkab Keerom untuk membiayai studi kepala kampung tersebut, lalu apa saja yang dipelajari disana? Berikut ulasannya.
Belajar Peternakan Sapi Modern Untuk Mensuplai Pasar Papua
Keerom merupakan daerah pemasok sapi terbesar kedua setelah Merauke untuk kebutuhan daging sapi di Papua. Namun berkaca dari pengalaman saat ini pengelolaan peternakan sapi masih terbilang dilakukan secara tradisional dan bersifat individual. Itu ditandai dengan belum berdirinya peternakan sapi yang terstruktur dan mampu mensuplai daging setiap harinya.
Sedangkan dari sisi kekayaan alam dan luas wilayah, Keerom sangat potensial untuk pengembangan ternak sapi. Pakan utama sapi, berupa rumput tumbuh subur tapi dari sisi kualitas daging dan kemampuan menyuplai, Keerom masih kalah dengan daerah Jawa yang sering musim kemarau dan sulit mendapatkan pakan sapi.
Untuk itulah Pemerintah Kabupaten Keerom mengirimkan 37 kepala kampungnya untuk melihat peternakan Wahyu Utama di desa Bulu, kabupaten Tuban, Provinsi Jawa Timur. Diharapkan dengan melihat dan mempelajari secara langsung teknik peternakan sapi modern dapat diimpelementasikan di kabupaten Keerom nanti.
“Kami memilih Tuban ini salah satu rekomendasinya dari DPRD Keerom karena mereka tahun lalu lakukan studi banding disini. Dengan melihat langsung dan mendapat bimbingan dari pemiliknya kami berharap kepala kampung kita ketika pulang bisa menularkan kepada masyarakatnya,” ujar Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Kampung Triwarno Purnomo ketika ditemui disela-sela kunjungan di kabupaten Tuban, Rabu (03/7/2019).
Peternakan Wahyu Utama sendiri merupakan peternakan berskala besar dan merupakan pemasok utama kebutuhan daging sapi di Jawa Timur, dengan populasi ternak mencapai 315 ribu ekor. Selain beternak sapi, peternakan yang telah berdiri sejak tahun 1992 ini telah mampu melakukan pembuatan pakan konsetratan untuk disuplai hingga keluar pulau Jawa.
Menurut sang pemilik peternakan Joko Utomo, Papua sebenarnya memiliki potensi besar untuk pengembangan peternakan sapi karena tidak mengenal iklim kemarau seperti yang dialami daerah Jawa. Sehingga kebutuhan rumput dan air bisa diperoleh dengan mudah. Untuk itulah dirinya mengaku memberikan pembelajaran khusus kepada 37 kepala kampung tentang pencampuran pakan rumput dan pakan-pakan ditambah dengan tata cara perawatan agar peternakan sapi dapat berjalan dengan baik.
“Saat ini kami sedang musim kemarau, rumput sulit kami dapatkan, kalau disana tidak seperti disini pasti lebih berhasil lagi. Tapi memang ada tata caranya tersendiri baik dari sisi kandang, perawatan hingga pakan yang memang perlu diperbaiki,” papar Joko ketika ditanyai apa saja yang diajarkan kepada kepala kampung dari Keerom.
Selain melihat peternakan Wahyu Utama, rombongan kepala kampung yang dipimpin Bupati Keerom ini juga menyempatkan diri melihat langsung perkembangan desa Segoroyoso kabupaten Bantul yang memang juga terkenal sebagai salah satu kampung penyuplai daging terbesar di Yogyakarta.
Tidak hanya sebagai desa dengan jumlah penduduk terbanyak berprofesi sebagai peternak sapi, desa Segoroyoso juga terkenal sebagai desa dengan sistem rumah potong hewan yang baik. Sehingga Pemerintah Kabupaten Keerom melihat sistem rumah potong hewan sangat diperlukan sebagai salah satu syarat pengembangan peternakan kedepan.
“Sebenarnya kami sudah punya juga rumah potong hewan, tahun ini mudah-mudahan sudah bisa lengkap peralatan dan fasilitasnya,” ujar Sunar, Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Keerom yang juga turut hadir bersama 17 tenaga penyuluh mengikuti study banding tersebut.
Sunar menjelaskan, Bupati Keerom memang sangat getol mengembangkan peternakan sapi, karena dari sisi kondisi geografis sangat mendukung. Selain itu pangsa pasar daging di Papua masih sangat luas dan belum banyak persaingan secara lokal, karena untuk memenuhi kebutuhan daging sapi di Papua, masih sering didatangkan dari Makasar maupun Jawa.
Kehadiran penyuluh sendiri tambah Sunar, diharapkan ada satu sinergitas dalam pola pikir dan pengetahuan sehingga nantinya penyuluh dan kepala kampung akan membangun kelompok-kelompok peternak di kampung mengikuti metode yang telah dipelajari.
Belajar Meningkatkan Perekonomian Kampung melalui BUMDes
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) merupakan salah satu langkah pemerintah untuk memajukan kampung. BUMDes adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki desa melalui penyertaan modal langsung yang berasal dari kekayaan desa. Lembaga ini nantinya menjadi kekuatan untuk mendorong terciptanya peningkatan kesejahteraan dengan cara menciptakan produktivitas ekonomi bagi desa dengan berdasar pada ragam potensi yang dimiliki desa.
Menurut Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Kampung kabupaten Keerom, Triwarno Purnomo sebenarnya pendirian BUMDes di kabupaten Keerom telah dilakukan hampir disemua kampung. Namun itu baru sebatas pembentukan struktur organisasinya saja, sedangkan implementasi untuk mendirikan usaha yang menjadi milik kampung hingga sekarang belum dilakukan.
Berkaca dari kondisi itulah Pemerintah Kabupaten Keerom memiliki BUMDes Panggunglestari yang berada di Desa Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Yogyakarta sebagai lokasi study banding 37 kepala kampung untuk belajar pendirian usaha milik kampung tersebut.
Dimana BUMDes ini menjalankan lima unit usaha, namun yang paling terkenal adalah Kampung Mataraman yang merupakan rumah makan bernuansa Jawa abad 19. Pembangunan unit usaha tersebut dilakukan dengan memaksimalkan kucuran dana desa yang diberikan oleh pemerintah. Dalam kurun waktu satu tahun saja BUMDes ini sudah bisa mencapai omset 3 Miliar rupiah.
Dengan melihat langsung kinerja BUMDes Panggunglestari, ungkap Triwarno, pihaknya berharap menambah pengetahuan kepala kampung terkait pendirian BUMDes dan bagaimana pengelolaanya. Sehingga pemanfaat dana desa di kabupaten Keerom dapat difokuskan membangun BUMDes dengan unit usaha yang disesuaikan dengan potensi kampung.
“Kondisi kampung saat ini bahwa faktor anggaran sudah bukan menjadi masalah lagi, karena sumber dana-dana sudah turun ke kampung. Yang menjadi persoalaan bagaimana kita merubah maindset dalam peningkatan kapasitas untuk mengatasi masalah di kampung,” tutur Triwarno saat mengunjungi Kampung Mataraman salah satu unit usaha milik BUMDes Panggunglestari, Kamis (4/7/2019).
Sepulangnya kepala kampung dari studi banding, Triwarno berharap setiap kepala kampung sudah dapat membangun BUMDes sesuai dengan potensi kampung yang dimiliki. Sehingga perekonomian maupun pembukaan lapangan kerja di kampung bisa tercipta.