Ketua Komunitas IAM Jayapura : Masa Pandemik Covid-19 Program Bangun SDM Seniman Tetap Jalan

428

Jayapura, PapuaSatu.com – Ketua Komunitas Indonesia Art Movement (IAM) Muhamad Ilham Murda, ST. M. Sn, menilai kegiatan berkesenian di kota Jayapura selama masa pandemik Covid-19 tidak berjalan dengan baik.

Hal itu disebabkan karena adanya himbauan dari pemerintah, khususnya di Papua tentang pembatasan aktivitas yang melibatkan banyak orang.
“Memang selama masa pandemik Covid-19 ini, dunia seni pertunjukan dan kegiatan-kegiatan seni lainnya sudah tidak berjalan dengan baik karena adanya himbauan dari pemerintah tentang social distancing, khususnya di Kota Jayapura dan pada umumnya di tanah Papua,” ungkap Muhamad Ilham Murda kepada PapuaSatu.com di Studio IAM Tasangkapura Polimak Sabtu, (08/05/2020).

Meski tidak berjalan baik, Muhamad Ilham Murda selaku Ketua Komunitas IAM mendukung penuh keputusan Presiden RI tentang kebijakan yang diambil pemerintah dalam hal penanganan dan pencegahan wabah covid-19 di Indonesia, sehingga aktivitas masyarakat harus dilakukan di rumah.
“Karena aturan itu maka kami sebagai seniman mengalihkan program-program secara online. Hal itu juga mengingat juga himbauan dari Presiden sendiri yang mengatakan bahwa kita belajar di rumah, kita bekerja di rumah, dan beribadah pun di rumah,” tutur Muhamad Ilham Murda.

Muhamad Ilham Murda mengakui bahwa pihaknya sudah menggandeng beberapa anggota IAM untuk menjalankan program kerja komunitas melalui online secara Live streaming melalui sosial media Instagram dan mewawancarai beberapa narasumber lokal maupun nasional yang berlatar belakang seni di Indonesia.

“Kami Indonesia Art Movement mencoba membuat terobosan dengan cara membuat beberapa program, diantaranya di film “Sansday” dengan mewawancarai seorang videografer, sutradara, dan DOP yaitu Tyan Adi dari Yogyakarta. Kemudian di program “Bicara Banyak, kami coba wawancara juga dengan seorang Maestro bernama “Garin Nugroho” sebagai sutradara, papar dia.

Ia menjelaskan dalam, program “Bicara Banyak” tersebut lebih cenderung ke arah bagaimana proses-proses kreativitas dari beberapa seniman dan pelaku bisnis.
“Beliau (Garin Nugroho) menyampaikan banyak hal tentang bagaimana peluang bagi generasi muda di Papua untuk bisa berkembang di level yang lebih tinggi di luar Papua,” ujarnya.
Lebih lanjut disampaikan pria yang tinggal di Entrop distrik Jayapura Selatan-Kota Jayapura ini, ada beberapa topik yang menjadi bahan diskusi secara online mulai dari proses kreatif, bicara bisnis, sampai konten religi.

“Benar program kami kebanyakan diskusi online atau live streaming hingga enam – delapan kali sebulan, sesuai program dari komunitas, empat diantaranya yakni, Sansday, HabitArt, Bicara Banyak dan Dongeng Ngabuburit,” ujarnya.

Sementara untuk tiga program lainnya dari luar Papua, yang menjadikan Iam Murda / Indonesia Art Movement sebagai narasumber yaitu, Saweran Online Talk dari Indonesia Dance Network (IDN) yang bekerjasama dengan Budaya Saya dari Kementerian pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia, dan juga Dewan Kesenian Jakarta. Serta jaringan Indonesia Creative City Network (ICCN) dan Surabaya Creative Network (SCN) tentang perjuangan Komunitas di Papua.

Selain program-program diatas, Iam Murda juga di undang menjadi narasumber untuk berbagi bersama komunitas kreatif di Sampit – Kalimantan Tengah, tentang “Bercerita Membangun Karya” dengan ketua Hatukep Itah Samandiai Sampit, kota Waringin Kalimantan Tengah, yaitu “Wawan Setiawan, S. Ikom”.

Iam Murda sebagai pelaku industri kreatif dan dosen seni tari di ISBI Tanah Papua ini menilai, beberapa program yang dilakukan oleh Komunitas IAM di kota Jayapura sangat positif dan pasti bermanfaat bagi seniman Papua selama masa pandemi Covid-19. Ia menyebutkan, program yang dilakukan oleh IAM tidak lain hanya untuk memberikan edukasi atau informasi terkait dengan proses kreatif seorang seniman / pelaku bisnis, terutama kepada teman-teman seniman dan pelaku ekonomi kreatif atau pelaku bisnis di Jayapura dan Papua untuk tetap aktif dalam membangun SDM, yaitu dengan cara belajar di rumah sesuai himbauan dari pemerintah.

Komunitas yang sudah didirikan empat tahun lamanya, membuka ruang bagi seniman lain yang ada di kota Jayapura maupun Papua pada umumnya, untuk sama-sama belajar, berkarya dan berjejaring sesama pelaku kreatif dimanapun berada.

Dimana pihaknya juga, baru-baru ini sudah menggarap program untuk pelaku seni di bidang hip-hop yaitu musik dan tari. “Kami melakukan “Hip HOPE Papua Rap dan Dance Cover Competition”. Jadi, kita memberi tantangan ke teman-teman pelaku seni musik dan seni tari untuk memberikan video musik dan cover dance mereka selama dirumah, yang kemudian akan dinilai oleh juri dan akan diberikan hadiah sebagai bentuk penghargaan bahwa seniman-seniman ini sudah berkontribusi dan akhirnya di masa pandemi Covid-19 ini mereka bisa menghasilkan sedikit rejeki dari kreatifitas mereka,” tukasnya.

Lebih lanjut disampaikan Iam bahwa, disamping beberapa program yang sudah dilakukan ada program lain yang harus tidak boleh dilupakan yakni, program “Dongeng Ngabuburit” yang bekerjasama dengan komunitas Kampung Dongeng Jayapura. Dimana program ini lebih kepada konten religi selama bulan puasa, dimana dongeng sendiri sudah mulai dilupakan/langka. Apalagi dengan kondisi sekarang, orang tua kadang melupakan manfaat dari dongeng itu sendiri.

“Kami juga ada program “HabitArt” yang berbicara tentang program seni rupa. Hasilnya, kemarin ada kita wawancara dari desain produk dari kota Jayapura yaitu “Claudya Aprilia” tentang bagaimana peluang desain produk berbasis kearifan lokal kedepan. Jadi Claudya mengangkat tentang pengembangan noken di Papua dan sangat asik hasil diskusi kami melalui Live Streaming di akun instagram IAM,” ujarnya. Selain itu ada narasumber dari Bandung ” Setia Adhi Kurniawan” seorang visual artist dan founder SWRKS, tentang “Gambar Dalam Perancangan Hari Ini”.

Untuk itu, Iam berharap agar para pelaku seni dan bisnis di kota Jayapura dan Papua pada umumnya tetap membangun jejaring komunikasi secara online dan lain sebagainya dengan berbagai pelaku industri kreatif di nusantara.

“Ya, meski IAM memiliki keterbatasan jaringan internet, kami berharap teman-teman seniman atau pelaku ekonomi kreatif tetap produktif menggunakan waktu yang sekarang ini untuk belajar, terus mengasah keterampilan, terus membangun jejaring secara online, mengikuti program-program pembelajaran secara online di Papua maupun dari luar Papua sendiri, dan tetap semangat, tetap berkarya, dengan segala keterbatasan yang ada “, harap Muhammad Ilham Murda. [miki]