Konflik Pilkada Puncak Jaya Berakhir Dengan Doa Perdamaian

1084
Suasana Doa bersama sebagai tanda perdamaian konflik Pilkada Puncak Jaya bersama paslon bupati dan wakil bupati dan pendukungnya di halaman Mapolres Puncak Jaya, Sabtu (25/8/2017) akhir pekan kemarin. (Nius)


MULIA,  papuasatu.com  – Konflik pilkada di kabupaten Puncak Jaya antara massa pendukung pasangan calon nomor urut 1, Yustus-Kirenius dan pasangan calon nomor urut 3 Yuni-Deinas diakhiri dengan doa Perdamaian di halaman Mapolres Puncak Jaya, Sabtu (25/8/2017) sore.

Doa perdamaian yang dipimpin langsung oleh Wakil Presiden GIDI, Pdt Usman Kobak ini dihadiri masing-masing pasangan calon nomor urut 1, Yustus Wonda-Kirenius Telenggen bersama pendukungnya dan pasangan nomor 3 Yuni Wonda –Deinas Geley bersama pendukungnya serta pasangan calon nomor 2, Henok Ibo-Rinus Telenggen bersama pendukungnya.

Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Puncak Jaya, Yustus-Kirenius dan Yuni-Deinas saat bersalaman sebagai tanda perdamaian konflik pilkada. Foto : Nius

Hadir Dalam doa perdamaian ini disaksikan langsung oleh Irwasda Polda Papua, Kombes Pol Yakobus M, Karo Ops Polda Papua, Kombes Pol Simanjutak, As Ops Kasdam Kodam XVII/Cenderawasih Kolonel Inf. Yusuf Sampe Toding, Kasrem 173/PVB, Dandim 1714/Puncak Jaya Letkol Inf. Hindratno Devidanto, Kapolres Puncak Jaya AKBP Indra Napitupulu, Ketua Kalsis Gidi Mulia Pdt Dainus Gome dan seluruh hamba-hamba Tuhan serta para tokoh masyarakat di kabupaten Puncak Jaya.

Selepas prosesi perdamaian yang berlangsung, kedua pendukung pasangan calon memanah babi sebagai akhir dari konflik yang terjadi selama ini. Usai memanah babi masing-masing ditukarkan kepada masing-masing calon yang bertikai.

Dimana korban panah Babi dari pasangan calon nomor 1 menyerahkan kepada pasangan calon nomor urut 3. Sebaliknya, korban panah babi dari pasangan calon nomor urut 3 diserahkan kepada pasangan calon nomor urut 1.
Dengan penyerahan babi tersebut merupakan simbol perdamaian bahwa kedua massa pendukung telah sepakat untuk melakukan perdamaian dan menyatakan sikap untuk tidak lagi melakukan aksi konflik antara kedua belah pihak.

Massa pendukung pasangan calon kedua belah pihak pun berjanji dan bersepakat apabila ada insiden atau konflik yang terjadi lagi, maka bukan merupakan tanggungjawab pasangan calon atau pendukung pasangan calon, melainkan konflik antara pribadi sehingga harus diproses hukum sesuai aturan yang berlaku.

Dalam doa perdamaian yang berlangsung selama kurang lebih dua jam itu, maka perdamaian serentak bersama seluruh masyarakat kabupaten Puncak Jaya, baik itu massa pendukung dari pasangan calon nomor ururt 1, 2 dan 3 direncanakan akan dilakukan secara bersama-sama pada, Kamis 31 Agustus 2017 nanti.

Dimana perdamaian seluruh rakyat akan dilakukan proses patah Panah yang akan disaksikan langsung oleh Kapolda Papua Irjen Pol Drs. Boy Rafli Amar, Pangdam XVII/Cenderawasih, Pemerintah Kabupaten Puncak Jaya dan para tokoh Agama, Tokoh Masyarakat di kabupaten Puncak Jaya.

Calon Bupati Puncak Jaya nomor urut 1, Yustus Wonda menyatakan, proses perdamaian antara dua kubu yang sudah berlangsung maka, dirinya bersaka wakil dan seluruh pendukungnya menyatakan sikap bahwa konflik di kabupaten Puncak Jaya sudah berakhir.

Bahkan Yustus menyatakan bahwa kemenangan hasil pilkada kabupaten Puncak Jaya atas putusan Mahkamah Konstitusi menyampaikan selamat kepada pasangan calon nomor urut 3 Yuni Wonda-Deinas geley, yang terpilih sebagai Bupati dan wakil bupati terpilih periode 2018-2023.

“Sejak keluar putusan dari MK pada tanggal 7 Agutsus 2017 lalu yang memenangkan pasangan calon calon nomor urut 3, Yuni Wonda dan Deinas Telenggen. Saya langsung menyampaikan selamat melalui via SMS kepada pak Yuni Wonda atas terpilih sebagai bupati dan wakil bupati Puncak Jaya,” katanya.

Sejak keluar putusan MK itu, Yustus mengakui bahwa dirinya ingin melakukan perdamaian atas konflik yang terjadi di kabupaten Puncak Jaya. Sebab jika terus terjadi konflik maka korban akan terus berjatuhan, hilangnya harta benda rakyat dan nyawa masyarakat di bawah.

Meski diakuinya perdamaian sangat berat dilakukan karena massa pendukungnya, namun berkat kerjasama dan koordinasi yang dibangun oleh TNI/Polri maupun pemerintah kabupaten Puncak Jaya akhirnya bisa dilakukan proses perdamaian seperti yang sudah disaksikan oleh masing-masing pasangan calon bersama pendukungnya.

Untuk itu, Yustus bersama Kirenius akan turun ke masing-masing distrik dan kampung untuk menyampaikan kepada pendukungnya bahwa proses peramaian sudah dilakukan dan tidak boleh terjadi lagi konflik.

Iapun mengakui bahwa kabupaten Puncak Jaya hanya dipimpin oleh satu orang sehingga pasangan Yuni Wonda- Deinas Geley bisa ditetapkan oleh MK untuk memimpin Bupati Puncak Jaya kedepan.

“Kami akan mendorong dan mendukung proses pembangunan dibawah kepemimpinan pasangan Yuni Wonda dan Deinas Geley selama lima tahun kedepan,” tuturnya.

Hanya saja, Yustus yang masih menjabat sebagai Wakil Bupati Puncak Jaya ini menyampaikan pesan kepada pasangan Yuni Wonda dan Deinas Geley selaku bupati dan wakil bupati terpilih untuk terus membangun kabupaten Puncak Jaya lebih baik dari sekarang. “Ketika terpilih maka harus merangkul sama-sama masyarakat maupun di birokrasi pemerintahan,” tuturnya.

Ia mengemukakan, dirinya sebagai anak daerah bersama Kirenius Telenggen tidak mungkin lagi keluar dari Puncak Jaya. “Mungkin kekalahan yang kami hadapi ada rencana Tuhan dan dibalik itu, ada rencana Tuhan yang tersimpan, sehingga harus tetap eksis dan tetap mendorong program-program pembangunan di kabupaten Puncak Jaya kea rah lebih baik,” tukasnya.

Ditempat yang sama, Calon Bupati nomor ururt 3 yang juga Bupati terpilih, Yuni Wonda mengatakan, Prosesi perdamaian yang dilakukan tiga pasangan calon bersama masing-masing pendukung yang ditandai dengan belah kayu Doli, panah Babi dan dia bersama merupakan akhir dari konflik yang terjadi selama ini.

“Belah Kayu Doli sebagai budaya adat Suku Dani ini merupakan awal perdamaian yang sudah dilakukan. Kini tinggal menunggu tahapan masak babi untuk laki-laki dan perempuan,” jelasnya.

Kemudian, lanjut dia, diakhir dari masak-masak antara laki-laki dan perempuan bagi masing-masing pasangan calon akan dilakukan acara gabungan di satu tempat untuk dilakukan bakar batu besar sekaligus Patah Panah serta menyatakan sikap bahwa masing-masing pasangan calon dan pendukung tidak menginginkan lagi adanya perang di kabupaten Puncak Jaya.

“Kami akan membuat menandatangi surat penyataan nanti dan menyatakan seluruh masyarakat bahwa kami pasangan calon tidak lagi ingin ada perang tapi kami ingin damai seperti yang sudah kita lakukan,” tukasnya.
Yuni Wonda menegaskan, dengan dirinya terpilih sebagai Bupati Puncak Jaya bersama Wakilnya, Deinas Geley maka siap merangkul seluruh masyarakat serta membangun kabupaten puncak Jaya tanpa ada perbedaan.

“Puncak yang terdiri dari 26 distrik dan 302 kampung merupakan warga Negara Indonesia, sehingga siapapun yang melaksanakan tugas di kabupaten Puncak Jaya harus bersama-sama dengan pemerintah untuk membangun kabupaten kea rah lebih baik,” ujarnya.

Pelaksanaan Pilkada, kata Yuni, ibarat pertandingan sepak bola. Dimana didalamnya harus satu yang menang. “Nah, Tuhan memberikan kepercayaan dan hikmat kepada masyarakat sehingga kami sebagai calon terpilih sebagai Bupati dan Wakil Bupati dan itu sudah diputuskan pada MK,” katanya.

Untuk itu, ia berharap kepada seluruh masyarakat agar menghilangkan semua perbedaan yang selama ini terjadi, rasa dendam, iri hati harus ditinggalkan. “Mari kita bersatu untuk membangun Puncak Jaya ini. Sebab kami tidak memilih warga, siapapun warga Negara Indonesia yang hadir disini umat Tuhan sehingga tetap kami merangkul untuk membangun puncak Jaya kea rah lebih baik,” ujarnya.

Iapun menyampaikan rasa terimakasih kepada TNI/Polri yang telah bertugas sangat luar biasa untuk memberikan keamanan di kabupaten Puncak Jaya. Untuk itu, kedepan program yang akan dilaksanakan oleh pemerintah tidak akan lepas koordinasi dari pihak kepolisian dan pihak TNI.

“Dalam program kerja kami kedepan, tetapi kami ingin aparat keamanan. Baik itu TNI, maupun Polri untuk bersama-sama mengawal pembangunan di kabupaten Puncak Jaya, karena daerah ini merupakan daerah yang agak sulit,” pungkasnya.

Sementara itu, Dandim 1714/Puncak Jaya, Letkol Inf Hindratno Devidanto mengatakan, proses perdamaian dari tiga pasangan calon bupati dan wakil Bupati beserta massa pendukungnya maka berakhir aksi konflik yang selama ini terjadi.

“Prosesi perdamaian ini merupakan berkat kerjasama kami dengan Polri dan Pemerintah serta pendekatan dan komunikasi aktif kepada masing-masing pasangan calon bupati dan wakil bupati di kabupaten Puncak Jaya ini,” katanya.

Hindratno mengakui bahwa proses pendekatan dan komunikasi yang dilakukan oleh TNI, Polri dan pemerintah kepada pasangan calon telah dilakukan sejak berada di saat Kampanye sampai dengan sekarang.

“Kami terus memediasi untuk memenangkan massa pendukung pasangan calon dan melakukan koordinasi agar konflik bisa berakhir dan akhirnya prosesi perdamaian sudah berlangsung. Terbukti, masing-masing paslon dan massa pendukung sudah bersalam-salaman dan saling maaf memaafkan,” katanya.

Dengan adanya proses perdamaian ini, maka Hindratno selaku Dandim 1714/Puncak Jaya berharap proses perdamaian tidak hanya cukup disini, akan tetapi Bupati dan wakil Bupati terpilih yang terus melakukan koordinasi dengan masyarakat tanpa mengkotak-kotakkan.

Dikatakannya, membangun Puncak Jaya bukan hanya membangun dari segi kualitas pendidikan, ekonomi maupuan keagamaan tapi Puncak Jaya harus menyeluruh dengan terus mempersatukan masyarakat tanpa ada perbedaan.

“Jika membangun tanpa adanya perbedaan maka seluruh masyarakat bersama-sama mendorong proses pembangunan sesuai dengan Visi Misi bupati dan wakil bupati yang terpilih saat ini,” pungkasnya.
Sementara itu, Kapolres Puncak Jaya, AKBP Indra Napitupulu mengatakan, proses perdamaian oleh masing-masing pasangan calon bupati dan wakil bupati telah ditandai belah pohon Doli yang merupakan adat suku Dani, sekaligus panah Babi dan doa perdamaian.

“Memang proses untuk mendamaikan masing-masing calon cukup lama dilakukan, karena masing-masing pendukung calon bersikeras untuk tidak berdamai. Namun berkat kerjasama yang dibangun bersama TNI dan pemerintah selama ini akhirnya terjadilah perdamaian,” katanya.

Menurutnya, proses perdamaian ini sebagai bukti bahwa massa pendukung masing-masing calon tidak lagi ingin ada korban jiwa yang terjadi di daerahnya. Namun pada prinsipnya, TNI/Polri dan Pemerintah saling bahu membahu untuk meredam konflik yang timbul selama ini.

Untuk itu, diharapkan agar kedepan tidak ada lagi konflik. Namun apabila dikemudian hari kembali terjadi perang atau konflik, maka bukan lagi konflik pilkada melainkan konflik antara pribadi.

“Jadi, kalau ada tindakan perang maka kami tidak segan-segan untuk memproses hukum. Saya sudah tekankan kepada masyarakat massa pendukung paslon untuk menegakkan aturan hukum jika kembali lagi konflik,” pungkasnya. (Nius)