
SENTANI, PapuaSatu.com – Dalam kesempatan meresmikan ruang kelas tambahan di SD Negeri Harapan, Kampung Harapan, Distrik Sentani Timur, Rabu (8/1/20), Bupati Jayapura, Mathius Awoitauw menyatakan akan mendorong kemandirian sekolah, terutama dalam hal pengelolaan anggaran sekolah.
Dan sebagai persiapannya, bupati sudah memerintahkan kepada Dinas Pendidikan dan dinas-dinas terkait untuk segera menyiapkan segala sesuatunya.
“Menyangkut pendidikan TK atau Paud dan SD terutama dan SMP itu semua hal harus diselesaikan di sini (distrik),” jelas bupati dalam sambutannya.
Untuk mempermudah birokrasi yang terkait layanan publik, terutama di bidang pendidikan, Bupati Jayapura, Mathius Awoitauw akan mengembalikan fungsi Kantor Distrik sebagai pusat layanan publik.
“Distrik akan menjadi pusat pelayanan publik, pusat data dan informasi,” ungkap bupati dalam sambutannya.
Selain itu, juga akan didorong agar aparat kampung juga lebih mandiri dalam hal pengelolaan pendidikan, mulai tingkat Taman Kanak Kanak (TK) atau PAUD, SD dan SMP.
Karena itu, Bupati Awoitauw akan membuat kebijakan pelimpahan kewenangan, dengan tenaganya maupun dananya, sehingga proses administrasi guru-guru yang ada serta pengadaan kelengkapan di sekolah, bisa diselesaikan tanpa harus melakukan proses administrasi di Dinas Pendidikan.
Pembangunan ruang kelas tambahan di SDN Inpres Harapan yang dibangun oleh Kepala Kampung Harapan menggunakan dana Alokasi Dana Desa (ADD), kata bupati,sebagai satu tanda menuju pada kemandirian sekolah.
Bupati berharap, agar para guru, pengawas sekolah, komite sekolah, kepala kampong, dan tokoh-tokoh di kampung dapat bermitra untuk menyelesaikan masalah pendidikan yang ada di kampungnya.
Kepala Sekolah SDN Inpres Harapan, Ny. Suhartini Hidayat saat ditemui usai peresmian ruang kelas tambahan tersebut menyatakan apresiasinya, dan berharap bisa mendukung upaya pihak sekolah dalam meningkatkan kualitas belajar para siswa yang ada.
Kata Ny. Suhartini, SDN INpres Harapan tergolong sebagai sekolah favorit dan peminat orang tua untuk menyekolahkan anaknya di sekolah yang dipimpinnya membludak, sehingga hampir setiap awal tahun ajaran baru pendaftar selalu melebihi daya tampung yang ada.
Dan untuk menyiasatinya, selain dengan pembatasan menggunakan system zonasi, juga dengan memberlakukan dua shift waktu pembelajaran, yakni ada yang belajar pagi dan ada yang belajar siang, dengan konsekwensi terjadi pengurangan waktu belajar.[yat]