![Plt.Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Abepura, dr.Anton T. Mote didampingi Komite Medik RSJD Abepura, dr. Idawati Waromi, SpKJ, saat memberikan keterangan pers di RSJD Abepura Caption : Plt.Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Abepura, dr.Anton T. Mote didampingi Komite Medik RSJD Abepura, dr. Idawati Waromi, SpKJ, saat memberikan keterangan pers di RSJD Abepura](https://papuasatu.com/wp-content/uploads/2019/10/WhatsApp-Image-2019-10-11-at-05-696x522.jpg)
JAYAPURA, PapuaSatu.com – Kini, makan pinang dam merokok dilarang keras di area kawasan Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Abepura Jayapura. Hal itu didelegasikan saat Hari Kesehatan Jiwa Sedunia (HKJS) yang jatuh tepat pada tanggal 10 Oktober 2019.
Plt.Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Abepura, dr.Anton T. Mote, saat ditemui awak media menjelaskan alasan pelarangan tersebut untuk melindungi pasien, keluarga, pengunjung dan staff terhadap insidensi penyakit fatal.
Selain itu dapat menurunkan kualitas hidup akibat rokok sehingga sebagai pedoman bertindak petugas RSJD Abepura dalam pelaksanaan kegiatan pelarangan merokok.
“Untuk pelarangan makan pinang sebenarnya hanya untuk melindungi siapa saja terhindar dari penyakit menular akibat buang ludah pinang sembarang sedangkan merokok dilarang total,” jelasnya usai perayaan HRJS di halaman RSJD, Kamis (10/10/2019).
Dr Motte merasa yakin bahwa pelarangan ini akan dipahami oleh seluruh pihak entah itu pengunjung maupun staff dari RSJD Abepura. “Seluruh Anggota RSJD Abepura pengunjung dan masyarakat dapat mengerti, memahami dan mampu melaksanakan larangan merokok serta makan pinang di area RSJD Abepura,” ujarnya.
Diterangkan, bila ada pengunjung atau staff yang ingin makan pinang, ada konsekuensi khusus yakni harus membawa wadah sendiri. Karena, dr Anton katakan, ludah pinang pertama biasanya mengandung kuman.
Selain pelarangan makan pinang dan merokok, RSJD Abepura juga mendelegasikan cegah bunuh diri. Dalam kesempatan ini, Komite Medik RSJD Abepura, dr. Idawati Waromi, SpKJ, membeberkan RSJD Abepura tak sedikit mendapati kasus bunuh diri dari golongan remaja-dewasa muda.
Menurutnya, penangulangan kasus bunuh diri ini dilakukan intens entah dari permasalahan hingga lingkungan pasien. “Maka yang kami layani disini dengan metode terapi dan pengobatan, konseling, fisioterapi, pelayanan home visit kepada pasien dan keluarga, kami evaluasi terus, kalau pasien anak sekolah kita berkomunikasi dengan gurunya,” bebernya.
Pihaknya terus mencari tahu penyebab utamanya pasien hendak melakukan bunuh diri. Penyebabnya beraneka ragam, namun biasa dari hubungan terdekat seperti keluarga, teman atau pacar.
“Kalau kita sudah tahu penyebabnya, alurnya dari ide, perencanaan bahkan sampai tindakan. Penyebabnya biasanya adalah hubungan pacaran,problem dalam keluarga, punya keinginan meminta kepada orang tua tidak di kasih, dengan cara begitu untuk mendapatkan sesuatu,” tukasnya. [ayu]