Caption Foto : Dua orang petugas APMS di Ilaga-Kabupaten Puncak, saat melayani pengendaraa sepeda motor untuk mengisi BBM. (Ist/PapuaSatu.com)
JAYAPURA,PapuaSatu.com – Program BBM Satu Harga berhasil meningkatkan kesejahteraan masyarakat Ilaga, Kabupaten Puncak, Papua.
Masyarakat setempat mengaku, sejak harga BBM turun dari Rp50 ribu per liter menjadi Rp6.450 per liter, setahun lalu, taraf hidup dan perekonomian juga bergerak naik. “Pengeluaran bisa ditekan, kesejahteraan tentu saja meningkat,” kata Murni Wagai, seorang warga, di Ilaga, Rabu (15/11/2017).
Terkait biaya sehari-hari, Murni mencontohkan, sekarang harga sayur-mayur sudah jauh lebih murah. Dengan uang Rp50 ribu, saat ini dirinya bisa membeli enam ikat sayur. Padahal, ketika harga BBM masih selangit, dengan jumlah uang yang sama, dia hanya bisa membeli satu ikat sayur.
Seragamnya harga BBM, secara tidak langsung memang membuat harga barang-barang kebutuhan menjadi murah. Sayur misalnya, selama ini harus diangkut dengan ojek dari daerah perbukitan menuju pasar Ilaga. Dengan turunnya harga BBM, ongkos ojek juga menjadi murah, sehingga harga sayur pun turun drastis. “Harga sayur kini turun karena ongkos ojek sudah tidak mahal,” ujarnya.
BBM Satu Harga di Ilaga, yang diresmikan 17 Agustus 2016 memang berdampak baik bagi masyarakat. Karena melalui program tersebut, tingginya biaya pengangkutan BBM, menjadi tanggungan Pertamina. Pada praktiknya, lembaga penyalur Pertamina tetap menjual Premium dengan harga Rp 6.450 per liter dan Solar dengan harga Rp 5.150 per liter. Harga ini jauh lebih murah, karena secara ekonomis, harusnya harga BBM bisa mencapai Rp50 ribu per liter.
Tingginya biaya pengangkutan ke Ilaga bisa dipahami. Pasalnya, untuk menuju daerah yang berada ketinggian 7.500 kaki itu, BBM harus diangkut dengan pesawat Air Tractor, dengan kapasitas 4 KL per sekali angkut.
Miati Ridwan, warga Ilaga, juga mengakui dampak positif BBM Satu Harga. Bahkan menurutnya, program tersebut juga berimbas baik terhadap pendidikan anak-anak. Pasalnya, dengan turunnya harga BBM, akan mengurangi pula biaya BBM yang dibutuhkan untuk menggerakkan genset di malam hari, yang sangat dibutuhkan bagi anak-anak untuk belajar.
“Ilaga belum dialiri listrik. Semua rumah mempergunakan genset untuk penerangan. Dulu, anak-anak tidak bisa belajar setiap malam, karena kami harus mengumpulkan uang terlebih dahulu untuk bisa membeli BBM. Tetapi sekarang, anak-anak bisa belajar setiap hari. Semoga mereka bisa makin pintar,” jelas Miati.
Sekretaris Daerah Kabupaten Ilaga Abraham Bisay juga membenarkan, bahwa masyarakat semakin merasakan dampak positif program tersebut. Hal ini antara lain terlihat, dari semakin meningkatnya kebutuhan BBM di masyarakat. Peningkatan permintaan BBM tersebut, pada akhirnya memang menunjukkan bahwa roda perekonomian juga semakin menggeliat di Ilaga.
Dan untuk itu pula, Abraham berharap, adanya penambahan pasokan BBM untuk wilayah tersebut. “Kebutuhan kami sudah cukup tinggi. Setidaknya (ada) penambahan pasokan untuk menghindari penjualan BBM di kios sebesar Rp 50 ribu per liter dan menghindari penimbunan BBM pada bulan Desember nanti,” ungkapnya. (rdf/loy).