Caption Foto : Situs Injil di Pulau Mansinam, Manokwari, Papua Barat. (Ist/PapuaSatu.com)
MANOKWARI, PapuaSatu.com – Untuk mengembangkan soal budaya menuju wisata religi di Pulau Mansinam, Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Papua Barat menggelar Fokus Group Discussion (FGD) Analisis Kebijakan Sosial Budaya, Senin (16/10/2017).
Kegiatan yang berlangsung sekitar pukul 10.00 WIT pagi itu mengusung thema “Pengembangan dan Pengelolaan Situs, Pekabaran Injil di Pulau Mansinam menuju Kawasan Wisata Religi di Provinsi Papua Barat”.
FGD yang dilaksanakan di salah satu hotel termewah di Manokwari dan dibuka langsung oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Pemprov Papua Barat, Nataniel Mandacan itu dihadiri sejumlah pejabat diantaranya, Kadis Kebudayaan dan Parawisata, Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat, dan Kepala Dinas Perumahan rakyat.
Tak hanya itu, kegiatan itu dihadirinya juga oleh Ketua BP-AM Sinode di Tanah Papua dan Ketua Klasis GKI Manokwari, Ketua DAS Doreri serta Pengurus dan anggota badan pengelolaan situs Mansinam.
Gubernur Dominggus Mandacan dalam sambutannya yang dibacakan Sekda Papua Barat, Nataniel Mandacan mengatakan bahwa pendekatan pembangunan di bidang sosial budaya harus diposisikan sebagai factor pendukung perubahan sosial dan perlu mendapat perhatian khusus atau serius dari pemerintah.
Pasalnya, dengan berkembangannya masyarakat Papua saat ini di era keterbukaan yang diikuti dengan perkembangan tekhnologi informasi , maka secara otomais akan memciptakan perubahan karakter masyarakat yang memiliki pengetahuan, aspirasi dan rencana untuk masa depan mereka dan tentu saja perubaan perlu mendapat perhatian dari pemerintah agar strategi pembangunan pun bisa menyesuaikan dengan konsep masyarakat kekinian.
“Ada tiga strategi pembangunan yang harus dilakukan melalui pendekakataan diantaranya pertama, pendekatan enamling yaitu suatu usaha melakukan perubahan dengan menempatkan pemerintah dan swasta sebaau pihak yang memfasilitasi sumber daya baik berupa ide, dana maupun material,”ujar Sekda Pemprov Papua Barat.
Kedua, lanjutnya, pendekatan empowering yaitu, usaha melakukan perubahan dengan menempatkan pemerintah dan swasta pada pisis sejajar dan ketiga, pendekatan masyarakat lebih dominan dari pada pemerintah dan swasta hanya sebaau fasilitator.
Menurutnya, dari ketiga strategis pendekatan pembangunan sebagaiman yang telah dijelaskan, maka kegiatan analisa, kajian, dan penelitian daerah saat ini ada merupakan suatu keharusan yang diwajib dilakukan oleh pemerintah daerah untuk mengetahui dinamika ata perubahan sosial dalam masyarakat.
“Sehingga dapat ditetapkan kebijakan pemerintah yang tepat, untuk menjawab dinamika atau perubahan dalam struktur suatu masyarakat tertentu,”jelasnya.
Dikemukakannya bahwa Pulau Mansinam sebagai tempat pertama pendaratan Injil di Tanah Papua yang dibawa oleh dua mosionaris asa Belanda da Jerman yakni “Carl Wiliam Ottow dan Johan Gotlib Geisler atau yang lebih dikenal dengan nama Ottow dan Geisler”.
Maka, beber dia, Pulau Mansinam dikenal sebagai tempat bersejarah, awal mulanya peradaban bagi orang Papua, yang harus dijaga dan dikenangkan sepanjang massa.
Untuk, Sekda menyebutkan bahwa dari sejarah tersebut pemerintah pusat era kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yodhoyono telah mengintruksikan bahwa pembangunan situs pekabaran Injil dan fasilitas pendukung infratruktur lainnya seperti jalan dan pelabuhan serta fasilitas pelayanan umum di bidang perumahan bagi masyarakat termasuk sarana pendukung seperti air bersih dan listrik harus diperhatikan oleh Pemda.
“Ya, disamping pembangunan yang telah dilakukan oleh pemerintah pusat, pemarintah provinsi papua barat juga telah berpartisipasi aktiv dalam menunjang pembangunan situs Pulau Mansinam dengan membangun Tugu pendaratan Ottow dan Geisler,”bebernya.
Disamping itu, kata Sekda, Pemprov juga telah memberikan bantuan dana kepada badan pengelolaan pembangunan situs bersejarah tersebut.
“Kami dan pemerintah pusat telah berusaha maksimalkan untuk membangun situs pekabaran injil, dengan harapan bahwa pembangunan situ ini akan membawa dampak perubahan dalam status sosial dan ekonomi masyarakat,”tandas Nataniel Mandacan. (free/nius)