Apabila Ja’far Umar Thalib Tidak Diusir, Kami Sendiri Yang Akan Usir

1910
Ketua FKUB, Pdt. Lipiyus saat bersalaman usai menyerahkan aspirasi kepada Sekda Provinsi Papua Herry Dosinaen di halaman Kantor Gubernur Papua, Senin (4/3/2019). Foto : Ayu Vhino/PapuaSatu.com
Ketua FKUB, Pdt. Lipiyus saat bersalaman usai menyerahkan aspirasi kepada Sekda Provinsi Papua Herry Dosinaen di halaman Kantor Gubernur Papua, Senin (4/3/2019). Foto : Ayu Vhino/PapuaSatu.com

JAYAPURA, PapuaSatu.com – Masyarakat Papua mulai geram untuk menantang keras kehadiran Ja’far Umar Talib di tanah Papua.

Ja’far Umar Talib yang melakukan tindakan kekerasan dan memecahkan umat Bergama di tanah Papua diminta untuk harus dipulangkan ke kampung halamannya dan apabila tidak maka tindakan sendiri akan dilakukan.

Pernyataan ini disampaikan langsung dalam orasi aksi damai yang dilakukan oleh persekutuan-persekutuan Gereja-Gereja di tanah Papua (PGGP) di Kantor Gubernur Provinsi Papua, Senin (4/3/2019).

Presiden GIDI, Dorman Wandikbo mengatakan Ja’far Umar Thalib (JUT) harus di usir dari Papua. “JUT bagaikan virus, harus diusir, jangan ada di Papua lagi,” tegas dia dalam orasi disambut teriak oleh para pendemo.

Aksi massa yang begitu antusias meminta agar Ja’far Umar Thalib harus di usir dari tanah Papua. “Gusur saja rumah mereka lalu dipulangkan. Tidak boleh ada ajaran sesat diatas tanah Papua, itu ajaran berbahaya. Apabila hari ini kita tidak bicara, kita akan di doktrin habis-habisan,” salah satu pemuda Kristen Fery Kombo.

Hal yang sama disampaikan Ketua KNPI Provinsi Papua Albertho G Wanimbo. Ia  menegaskan, masyarakat tidak ingin kejadian di Ambon dan Poso sama dilakukan di tanah Papua. “Kami tidak mau ada kekerasan. Kami ingin hidup damai, aman dan nyaman di tanah ini,” tegas dia.

Ia juga meminta agar Presiden, Gubernur dan Kapolda Papua segera memulangkan JUT dan menolak paham-paham radikal di tanah Papua ini. “Kami tidak mau konflik horizontal terjadi maka itu kami menolak jaringan islam seperti HTI dan paham-paham radikalisme,” ungkapnya.

Ketua GAMKI, Djoni Naa meminta dengan tegas agar Kapolda Papua segera mengusut tuntas dalang dibalik kedatangan JUT. “Bila Kapolda tidak usut tuntas kasus ini, maka kami yang akan turun dan usir,”tegasnya.

Sementara James Wambrauw selaku ketua PGGS Papua dalam aspirasinya menegaskan, pihaknya menolak dengan tegas kelompok radikal dan intoleransi atas nama JUT, menolak segala bentuk penyebaran radikal yang diajarkan dan dihembuskan oleh JUT, menyerukan kepada ormas untuk bersatu melawan sejak dini aksi ini.

Iapun meminta kepada Kapolda Papua bersama Pangdam XVII/Cenderawasih, Gubernur Papua agar mencabut radikal di tanah Papua sampai ke akar-akarnya.

“Pelaku harus meninggalkan tanah Papua dan kami meminta perhatian dari Presiden Republik Indonesia dalam menyikapi masalah ini,” tegas James.

Ketua FKUB, Pdt.Lipiyus juga menambahkan bahwa keputusan yang tercatat dalam aspirasi adalah keputusan bersama umat beragama. “JUT dan kroni-kroninya tidak boleh ada di tanah papua,” ucapnya secara tegas.

Didalam Agama, lanjut Pdt Lipiyus tidak ada agama yang membolehkan membunuh apalagi membawa golok dan samurai. “Itu kekerasan, hanya iblis yang berbuat demikian dan kita semua sepakat agar JUT dan segala pengikut dipulangkan,”tambahnya.

Aspirasi aksi demo tersebut langsung diterima Sekda Provinsi Papua, Herry Dosinaen.  Menurutnya, Papua adalah tanah damai, bhineka tunggal ika dapat dilihat di Papua.

“ Jadi hari ini, atas kehendak Tuhan, ditanah Israel kedua, saya menerima aspirasi ini untuk saya lanjutkan. Dan pemerinta siap mendukung,” ucapnya. [ayu]