JAYAPURA, PapuaSatu.com – Agar terciptanya “Papua Bebas Polio”, UNICEF memberikan edukasi tentang Sub Pin Polio serta bahaya polio bagi masyarakat di tanah Papua.
Konsultan Communication for Development/C4D Polio UNICEF, Zaenal Abidin, M.Sc mengungkapkan, bahwa polio adalah penyakit lumpuh layuh mendadak yang menular dan sangat berbahaya. Dimana Polio dapat menyebabkan lumpuh dan mati, hingga sekarang Polio tidak ada obatnya.
“Gejalanya seperti demam, sakit kepala, muntah, konstipasi (sembelit), type abortive (24%); meningitis aseptic (4%), Kelumpuhan akut pada hari ke 3 (<1%),” ungkap Zaenal Abidin kepada wartawan di salah Caffe Kotaraja-Abepra, Senin (6/5/2019).
Zaenal mengatakan polio hanya bisa dicegah dengan imunisasi (dua tetes polio manis). “Imunisasi polio adalah tindakan memberi vaksin poli (dalam bentuk oral) atau dikenal dengan nama oral vaccine (OPV), bertujuan memberi kekebalan dari penyakit polimelitis,”katanya.
Dikatakan, berdasarkan pengalaman pelaksanaan program Imunisasi polio di Indonesia bahwa dengan memberikan kekebalan individu (melalui imunisasi pada bayi) sangatlah tidak cukup, namun perlu memutuskan rantai penularan virus dari manusia-manusia melalui imunisasi tambahan secara serentak lewat PIN (pekan imunisasi nasional) atau Sub PIN.
“ya, tujuan umum kegiatan PIN ini adalah untuk memutuskan rantai penularan virus polio liar sekaligus meningkatkan kekebalan pada anak-anak di seluruh Indonesia. Tujuan khususnya untuk melindungi seluruh anak-anak usia 0-15 tahun di seluruh Indonesia dari virus Polio liar,”tuturnya.
Kasus polio di Papua terkonfirmasi dari adanya satu kasus Polio di laboratorium nasional dan penemuan virus Polio pada spesimen tinja dari dua anak sehat di Kabupaten Yahukimo pada awal tahun 2019, telah membuat tim Kesehatan Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua dan Kementerian Kesehatan bahu membahu mengatasi dan mencegah penyebaran virus Polio tersebut kepada lebih banyak anak di Kabupaten Yahukimo, maupun diseluruh kabupaten lainnya di Provinsi Papua.
Pada saat yang bersamaan, Provinsi Papua (terutama 5 kabupaten yang berbatasan dengan PNG) harus bersiaga untuk mencegah penularan virus Polio dari Papua New Guinea (PNG), di mana terdapat wabah Polio sejak satu tahun terakhir.
“di Papua, sebagai kelanjutan dari Imunisasi Polio putaran 1 tahun 2019, akan segera dilakukan Imunisasi Polio putaran 2 pada bulan Mei 2019. Pada putaran 2 fokus kegiatan imunisasi lebih difokuskan pada wilayah daerah pegunungan tengah Papua terutama di Kabupaten Yahukimo,”ungkap Zaenal.
Pembelajaran utama dari putaran pertama Sub PIN yang menargetkan anak-anak usia 0 hingga 15 tahun telah selesai dilakukan di seluruh Provinsi Papua Barat dan kabupaten dengan akses mudah di provinsi Papua. Imunisasi di kabupaten sulit dijangkau di Provinsi Papua telah selesai dilakukan pada 28 April 2019.
Indonesia telah mengadopsi pendekatan yang berbeda terhadap pengenalan bivalent oral polio vaccine (bOPV) yang disesuaikan dengan 3 zona risiko epidemiologis dan sosial, yaitu Papua Barat, Papua yang mudah diakses atau merupakan dataran rendah, dan Papua yang aksesibiltasnya rendah atau merupakan dataran tinggi.
“Sampai dengan tanggal 25 April, dilaporkan sebanyak 943.256 anak dari jumlah target sebesar 1.262.880 anak di Papua dan Papua Barat telah divaksinasi dengan tambahan dosis bivalent oral polio vaccine (bOPV) melalui Sub PIN putaran pertama,”ucapnya.
“di Papua Barat, dengan target anak usia 0-15 tahun sebesar 285.230 anak tercapai dengan cakupan sebesar 311.951 anak (109%). Rata-rata untuk seluruh Kabupaten/Kota (13 Kabupaten/Kota) di Papua Barat telah mencapai setidaknya 95% cakupan vaksinasi pada sasaran populasi. Sebagian besar diantaranya bahkan mencapai lebih dari 100% dari target yang diestimasikan,”tambahnya.
Di Provinsi Papua, 10 dari 29 Kabupaten/Kota telah mencapai 95% cakupan vaksinasi. Namun sebanyak 15 Kabupaten/Kota dilaporkan cakupannya masih kurang dari 80%, termasuk didalamnya Kabupaten Yahukimo yang cakupannya dilaporkan hanya sebesar 17%. Rata-rata cakupan imuniasai di Provinsi Papua dengan target anak usia 0-15 tahun sebesar 977.650 dilaporkan sebesar 75℅ sampai dengan 4 Mei 2019.
Ia berharap dengan kampanye “Papua Bebas Polio” ini, terwujud kesadaran tinggi dari para Orang tua dan anak-anak untuk bertindak melakukan suatu perubahan perilaku yang lebih aman terutama untuk mencegah virus polio dengan datang ke Puskesmas, Rumah Sakit, Pustu, Posyandu, Pos PIN atau ke Sekolah-sekolah dan Gereja untuk mendapatkan 2 tetes manis polio.
“Selain, dukungan yang positif tentunya dari Pemda kabupaten Pegunungan Tengah, yaitu Bupati, Tenaga Kesehatan, Tokoh Agama, Tokoh Adat, Tokoh Masyarakat, Tokoh Pemuda, Pramuka, Sukarelawan, Tokoh Perempuan, Guru, Kader, Kepala Kampung dan masyarakat luas untuk berpartisipasi dalam penanggulangan Polio secara lebih konkret. Bila mengetahui gejala adanya anak yang lumpuh layuh mendadak segera lapor ke Petugas Kesehatan terdekat,”tukasnya. [ayu]