JAYAPURA, PapuaSatu.com – Sub Pin Imunisasi Polio/Imunisasi Massal putaran pertama akan dilaksanakan pada 18 maret 2019 mendatang di Provinsi Papua dan Papua Barat.
Kepala Seksie Surveilans dan Imunisasi, Togu Sihombing SKm,M.Kes mengungkapkan, target pada imunisasi putaran pertama mencapai satu juta orang.
“Dari umur 0-15 tahun, target imunisasi cukup banyak yaitu 1.008.397,”ungkapnya disela-sela rapat koordinasi pelaksanaan Sub Pin Imunisasi Polio yang dilaksanakan oleh UNICEF, Senin (11/3/2019).
Imunisasi massal tersebut dilakukan karena di Papua sendiri, polio tidak mencapai 95 hingga 100 persen. “Cangkupan imunisasi di Papua buruk, bila dalam presentase baru mengcakup 30-40 persen saja,”ucapnya.
Bahkan pada tahun 2014, Indonesia telah terbebas dari polio, namun kasus Polio kembali muncul di Indonesia lagi akibat terdapat 1 kasus polio di Papua yakni di pedalaman Yahukimo.
“Kami mendapati 1 kasus pada Januari 2019 di Yahukimo, kami telah memeriksa 10 orang tetangganya karena khawatir jangan sampai menular tetapi hasil tersebut negatif,”paparnya.
Togu mengatakan selama ini pihaknya fokus mencegah dari alur perbatasan negara seperti kota Jayapura serta di Merauke , namun ternyata malah jebol 1 kasus di Yahukimo.
“Kami bikin pertahanan dan bikin imunisasi MRP (Misis Rubela dan Polio) beberapa waktu lalu untuk antisipasi jangan sampai virus dari negara tetangga masuk ke kita namun ternyata masuk ditengah-tengah,”katanya.
Ternyata setelah diusut, sebagian besar anak-anak di Yahukimo tidak mendapatkan polio dasar. “Seorang anak harus melakukan 4x polio dasar pada usia 1-4 bulan karena bila tidak dilakukan, sistem kekebalan tubuh tidak akan ada,”katanya lagi.
Maka itu, pada polio putaran pertama nanti selain jumlah target yang cukup besar, tantangan yang dihadapi juga cukup sulit. “Tantangan dilapangan yang sering kami alami adalah penolakan dari masyarakat,”aku Togu.
Penolakan tersebut terjadi akibat adanya isu-isu genesis yang sudah beredar dikalangan masyarakat luas bahkan sampai di media sosial seperti vaksin itu mematikan, vaksin itu berbahaya. “Maka dari itu kami harus memanggil tokoh-tokoh agama, tokoh masyarakat, mahasiswa serta dari berbagai pihak organisasi agar masyarakat mengerti bahwa isu-isu tersebut tidak benar,”katanya.
“Kalau hal ini terus berjadi, mau jadi apa anak-anak kita?”katanya resah.
Tak hanya itu, pihaknya juga berharap puskesmas yang terdapat di wilayah-wilayah tersebut bisa bekerja lebih ekstra. “Ada 33 puskesmas di Yahukimo namun hanya ada 1 yang aktif sedangkan yang lainnya tidak,”imbuhnya.
Dirinya berharap ada bantuan dari segala pihak untuk membantu mensosialisikan hal ini. “Segala dinas terkait serta steakholder harus saling membantu agar bisa disosialisikan supaya target yang kami pasangkan ini bisa tercapai,”harapnya. [ayu]