
SENTANI, PapuaSatu.com – Untuk membicarakan kesiapan penyelenggaraan Kongres Masyarakat Adat Nusantara (KMAN) VI yang tinggal beberapa hari lagi dibuka, Panitia KMAN VI menggelar pertemuan dengan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kabupaten Jayapura di Hotel Horison Sentani, Rabu ((19/10/22) sore.
Dipimpin Bupati Jayapura, Mathius Awoitauw,SE,M.Si yang juga Ketua Umum Panitia KMAN VI, pertemuan yang berlangsung sekitar satu jam tersebut membahas berbagai persiapan panitia dan tentang situasi Kamtibmas yang sedang dan akan terjadi hingga pelaksanaan KMAN VI selesai nantinya.
Ketua Panitia Lokal KMAN VI, Dr. Timotius Demetouw,M.Si yang juga turut hadir mengungkapkan, para pertemuan tersebut membahas situas yang sedang berkembang, terutama yang sekiranya berdampak pada situasi saat kedatangan Presiden RI, Joko Widodo untuk membuka KMAN VI nanti.
“Seperti beberapa jalan alternatif yang sudah dibangun yang saat ini belum sepenuhnya diselesaikan,” ungkapnya saat ditemui wartawan usai pertemuan.
Yang mana, khusus masalah jalan tersebut masih menunggu hasil penetapan nilai oleh Badan Pertanahan Nasional yang belum bisa dikeluarkan karena adanya klaim kepemilikan secara adat yang belum pasti.
Selain itu, juga antisipasi terkait masalah operasional pabrik kelapa sawit, masalah sekolah yang terekspose di media karena siswanya belajar di lantai karena kekurangan fasilitas meja dan kursi, dan lain-lainnya.
“Situasi-situasi seperti ini yang perlu diantisipasi jangan sampai dia menjadi akumulasi pada saat presiden datang mereka turun seperti kejadian yang lalu, sehingga hal ini perlu mendapat perhatian pihak Forkopimda,” jelasnya.
Terkait pelaksanaan kongres sendiri, kata Timotius Demetouw yang kini menjabat sebagai asisten III Setda Kabupaten Jayapura, lebih pada upaya mengantisipasi hal-hal yang sekiranya dapat megurangi kenyamanan peserta, seperti antisipasi bila terjadi cuaca buruk di danau, kesiapan rumah-rumah warga yang ditempati peserta dan lain-lainnya.
“Terkait itu dapat kami jawab, bahwa peserta kami tempatkan di rumah-rumah warga yang ada di wilayah Sentani Timur sampai dengan Sentani Barat, dan pada tanggal 25-26 kita mengantar mereka ke tempat-tempat sarasehan,” jelasnya lagi.
Selain rumah-rumah warga, panitia juga menyiapkan beberapa wisma dan asrama untuk mengantisipasi bila peserta tidak dapat diangkut menyeberangi danau bila terjadi cuaca ekstrim.
Dikatakan, penempatan peserta di rumah-rumah warga adalah kerinduan dari peserta yang ingin merasakan kebersamaan dengan masyarakat adat yang ada di Tanah Tabi dengan tinggal di rumah-rumah warga.[yat]