Polemik ARV dengan Purtier Placenta Capai Titik Temu

2070
Caption : Suasana pertemuan Ketua Harian KPA, Yan Matuan dan Rombongan dengan Kadinkes Papua, drg Aloysius Giyai di ruang pertemuan Dinkes Papua, Senin (13/5/2019).
Caption : Suasana pertemuan Ketua Harian KPA, Yan Matuan dan Rombongan dengan Kadinkes Papua, drg Aloysius Giyai di ruang pertemuan Dinkes Papua, Senin (13/5/2019).

JAYAPURA, PapuaSatu.com –  Polemik yang muncul di masyarakat terkait pengunaan produk Purtier Placenta yang dikabarkan akan gantikan ARV dalam proses therapy pengidap HIV, telah tercapai titik temu.

Hal itu, setelah rombongan Ketua KPA Provinsi Papua bersama dr. John Manangsang menemui Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua, Senin (13/5/2019) di kantor Dinas Kesehatan Provinsi Papua.

Dalam pertemuan itu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua, drg Aloysius Giyai memberikan apresiasi kepada KPA Provinsi Papua dibawah Pimpinan Yan Matuan.

Gubernur Papua membentuk KPA yang baru dengan semangat baru dan dengan slogan yang baru kini sudah mulai terlihat setelah Yan Matuan memimpin KPA Provinsi Papua.  “Kehadiran ade Yan telah menghidupkan semangat baru di tubuh KPA dan di dunia kesehatan di tanah Papua,” ucap Aloysius pada pertemuannya dengan KPA dan rombongan.

Aloysius mengaku bahwa dirinya yang sudah lama berkecipung di dunia kesehatan merasa terbantu baik secara pribadi sebagai Kepala Dinas Kesehatan maupun di jajaran Dinas Kesehatan Provinsi Papua, sehingga semangat baru dibawah pimpinan Yan Matuan harus diberikan apresiasi untuk bisa membantu kesehatan di tanah Papua.

“Masalah kesehatan  bukan hanya masalah Dinas Kesehatan atau kesehatan praktis lainnya akan tetapi menjadi tugas kita bersama. Saya dengan Yan Matuan saudara dan sudah biasa sama-sama.  Hanya saja saya selalu tekankan pembagian bidang dan tupoksi harus kita lihat aturan, Juknis sehingga di kemudian  hari tidak menjadi masalah,” tekan Aloysius.

Menurutnya, di penanganan kesehatan ada 4 aspek yakni Kuratif, Preventif, Efektif dan Promotif.  “Jadi kita di Dinas Kesehatan itu menanangani aspek apa, mitra seperti KPA menangani Apa?. Itu perlu di perjelas sehingga dikemudian hari tidak menjadi masalah,” paparnya.

Namun polemik yang beredar selama ini terkait penggunaan produk Purtier Placenta, bagi Aloysius tidak mempermasalahkan asal itu memberikan kesehatan bagi masyarakat dan masyarakat yang merasakan  terhadap kehadiran Puriter Placenta tersebut.

“Saya tidak ada kaitan dengan suplemen atau makanan tambahan karena itu adalah hak masyarakat. Kalau merasa sehat kenapa kita harus larang, justru kita harus dorong,” katanya.

Bahkan Lanjutnya, masalah Purtier Placenta sudah diketahui apa manfaat bagi kesehatan masyarakat. “Bagi saya tidak ada masalah,  hanya saja saya ikut aturan yang berlaku. Kalau ada petunjuk dari siapapun untuk menggantikan ARV baik itu WHO maupun dunia atau Kemenkes tidak masalah, tapi selama ini belum ada sehingga saya sampaikan bahwa satu-satunya yang mengobati HIV adalah ARV,” ucapnya.

“Kalau  ada obat lain yang Tuhan kasih kepada orang Papua untuk bisa disembuhkan maka itu tidak ada yang mustahil. Apa yang disampaikan pak dokter John Manangsang tidak ada yang mustahil. Suatu saat ada obat HIV Tuhan kasih di tanah Papua ini. Mungkina bukan kita tapi anak-anak kita nantinya. Cuman bagi  saya harus ada rekomendasi dari WHO dan Kementerian Kesehatan dan lewat penelitian berkali-kali,” tambahnya.

Hanya saja selama ini polemik terlalu ramai di public,  maka pihaknya meminta kepada dokter Rindang dan Dokter Berri  secara resmi  untuk mengecek apakah ada surat dari WHO dan  surat dari Kemenkes atau mungkin ada petunjuk dari balai Pom.

Hal itu disampaikan karena Dinas Kesehatan adalah Instansi resmi formal dengan aturan jelas. “Dari Kita hanya menyampaikan bahwa yang betul betul dari rekomendasi WHO dengan kementrian kesehatan dan BPOM ini. Selanjutnnya semaunya masyarakat apakah dia mau minum ini atau itu,” katanya.

Caption : Foto bersama Kadinkes Provinsi Papua dan Ketua Harian KPA papua bersama rombongan usai pertemuan di ruang rapat kantor Dinkes Papua, Senin 13/5/2019) sore.
Caption : Foto bersama Kadinkes Provinsi Papua dan Ketua Harian KPA papua bersama rombongan usai pertemuan di ruang rapat kantor Dinkes Papua, Senin 13/5/2019) sore.

Aloysius memastikan dihadapan Ketua Harian KPA Papua, Yan Matuan bahwa dirinya tidak pernah menyudutkan siapapun apalagi KPA. “Saya hanya selalu menekankan bahwa kapasitas sebagai kepala dinas kesehatan saya jelaskan aturan yang sesuai aturannya,” tukas dia.

Masalah opini yang beredar di Media yang seakan-akan ada perang. Aloysius menekankan kepada Yan Matuan selaku Ketua KPA yang baru dan dengan semangat baru harus mampu mengatasi itu.

“Soal polemik yang menyudutkan atau yang menjatuhkan nama adek (Yan Matuan), itu soal biasa karena saya juga mengalami itu. Saya minta kepada ade Yan harus maju untuk mencapai visi misi yang telah disampaikan Gubernur Papua,” tukasnya.

Ia menegaskan dengan pasukan baru dari KPA Provinsi Papua terutama relawan yang direkrut  menjadi semangat bagi Dinas Kesehatan.  Namun ia menyarankan kepada KPA Papua harus melakukan pengaturan sehingga dalam pekerjaan pekerjaan di lapangan selalu efektif.

“dengan pasukan yang baru di KPA Papua ini bisa membuktikan secara pasti jumlah data 40 ribu pengidap HIV yang kami terima di kabupaten/kota. Sebab selama ini juga kami bertanya-tanya apakah betul 40 ribu itu adalah mengidap HIV. Nah, inilah tugas KPA yang baru dan relawan yang direkrut untuk memastikan data itu. Saya bantuan dari ade Yan Matuan,” ucapnya.

Sementara itu, Ketua Harian KPA Provinsi Papua, Yan Matuan saat ditemui wartawan mengungkapkan, bahwa pertemuan tersebut pada intinya adalah untuk mengklarifikasi atas pernyataan Kepala Dinas Kesehatan bersama sejumlah pejabat dari Balai POM di Jayapura, dan pejabat lain di Hotel Aston Jayapura.

“Saya apresiasi yang luar biasa karena seluruh stakeholder anak-anak asli Papua, khususnya Pak Kepala Dinas , kita sudah ketemu dan bicara, ternyata tidak ada masalah. Barang ini (Purtier Placenta) tetap jalan. Jadi hari ini sudah clear, tidak ada persoalan,” ungkapnya.

Di kesempatan sama, dr. John Manangsang juga mengungkapkan bahwa, tidak ada persoalan terkait pemakaian produk Purtier Placenta.

“Hanya intinya, register dari Balai POM itu harus dipercepat. Sudah ada (register), edisi lima itu sudah ada,” ungkapnya.

Dan saat ini untuk yang edisi enam sedang dilaksanakan crossing (pengecekan) ke luar negeri oleh Balai POM Pusat untuk memeriksa bahan-bahannya itu sesuai atau tidak.

“Kita berharap dalam waktu dekat akan selesai dan Balai POM akan menerbitkan nomor register,” ujarnya.

“Dan masukan hari ini akan saya masukkan di pimpinan Riway International di Singapura dan di Jakarta, supaya mereka bisa membantu mempercepat itu,” sambungnya. [yat]