JAYAPURA, PapuaSatu.com – Rabu (15/08/2018), 23 peserta program Siswa Mengenal Nusantara (SMN) asal Aceh yang digagas oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN), menemui Walikota Jayapura Benhur Tomi Mano di ruang kerjanya.
Dalam pertemuan tersebut Walikota memaparkan tentang pembangunan Kota Jayapura di berbagai bidang.
Selain sejumlah pencapaian dan prestasi yang diraih pemerintah kota, walikota lebih menekankan pada kerukunan antar umat beragama di Kota Jayapura, meski dihuni oleh seluruh suku bangsa dan agama yang ada di Indonesia.
“Semua suku dan agama ada di kota ini. Kerukunan antar umat beragaman serta keharmonisan antar paguyuban nusantara yang ada di Kota Jayapura terjalin dengan baik. Kita sangat menjunjung tinggi toleransi antar umat beragama di kota ini,” ujar Walikota.
Walikota juga berharap para peserta ketika kembali ke daerah dapat menjadi corong bagi semua orang tentang kondisi Papua yang sebenarnya, sehingga merubah pandangan orang terhadap Papua yang identik dengan perang dan lain – lain.
Junior Officer CSR dan PKBL Pertamina MOR VIII, Ahmad Adi Suhendra mengatakan, Program Siswa Mengenal Nusantara ini merupakan prioritas Kementrian BUMN, dimana masing – masing BUMN di setiap provinsi di Indonesia ditugaskan untuk melaksanakan program tersebut.
“Tahun ini kebagian pertamina dan damri untuk provinsi papua dimana pertamina sebagai koordinator/PIC dan didukung oleh DAMRI untuk melaksanakan program ini,” ujarnya.
Untuk itu pihaknya telah memilih siswa-siswi dari 29 kabupaten dan kota di Provinsi Papua, ditambah 3 siswa disable dan 4 pendamping untuk dikirim ke Aceh.
Begitu juga sebaliknya, telah terjaring 32 siswa dari 32 kabupaten di Provinsi Aceh dikirim ke Papua.
Acara ini dilaksanakan dari tanggal 9 – 18 Agustur 2018 yang dibuka langsung oleh Mentri BUMN, Rini Soemarno di Jakarta.
“Tujuan mereka dikirim ke sini untuk mengenal nusantara, diantaranya mengenal budaya daerah yang dikunjungi. Pengembangan pendidikan, kewirausahaan, potensi alam dan lain sebagainya,” terangnya
Dikatakan, program ini telah berjalan selama tiga tahun. Tahun 2017 lalu dilakukan antara Provinsi Papua dengan Provinsi Sulawesi Utara, dan akan terus diroling tiap tahun dengan pasangan yang berbeda – beda.
Sementara salah satu peserta SMN, Septi Khairullah mengungkapkan, kedatangan mereka dari Aceh ke Papua Khususnya ke Jayapura adalah untuk bagaimana mengenal budaya Papua lebih dekat, setelah sebelumnya hanya menyaksikan dari layar televisi terkait kondisi di Papua.
Namun kondisi yang digambarkan tentang Papua berbanding terbalik ketika tiba dan melihat langsung situasi di Papua.
“Sebelum kami datang pendapat kami atau espektasi pertama kami adalah Papua adalah daerah yang tertinggal, namun realita yang kami dapatkan ketika datang ke sini, Papua adalah daerah yang keren dan indah dengan perkembangan pembangunan dan memiliki potensi wisata yang keren,” akunya.
“Kami sudah banyak pergi ke tempat wisata, mulai dari Danau Love, Bukit Teletubbies , Danau Sentani, Pulau Asei dan dan beberapa tempat lainnya, dan ada rasa cinta kami kepada Indonesia, Papua terutama Jayapura,” sambungnya.
Dirinya mengakui pembangunan di Kota Jayapura sangat bagus dan perkembangannya sangat pesat berdasarkan apa yang mereka pelajari, sehingga mereka bangga bisa berkunjung ke Jayapura.
Ia juga memberikan apresiasi atas keramatamahan masyarakat Papua saat menyambut kedatangan mereka dan kagum dengan warga kota yang sangat menjunjung tinggi toleransi antar umat beragama, sebagaimana disampaikan walikota.
“Saya cukup bangga dan berterimakasih kepada warga-warga papua yang menyambut kami dengan sangat baik dan toleransi mereka sangat baik dan saat kami diinapkan orang tua angkat kamipun sangat ramah yaitu Papa Frans dan mama Margaret,” pungkasnya. [moza]