Caption Foto ; Karo Ops Polda Papua, Kombes Pol Kharles Simanjutak bersama Aster Kodam XVII/Cenderawasih Kolonel Kavleri Eduard Sitorus saat menghadiri acara ibadah perdamaian pengucapan syukur secara umum bagi kabupaten Puncak Jaya di lapangan Monumen Roh Kudus, Rabu (27/9/2017). (Nius/PapuaSatu.com)
MULIA, PapuaSatu.com – Kapolda Papua Irjen Pol Drs. Boy Rafli Amar dan Pangdam XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI George Elnadus Supit memberikan apresiasi atas proses perdamaian yang dilakukan oleh massa pendukung tiga pasangan calon bupati dan wakil Bupati yang difasilitasi oleh Pemerintah daerah dan TNI/Polri, dengan ditandai ibadah perdamaian pengucapan syukur secara umum di lapangan Monumen penampakan Roh Kudus-Mulia, kabupaten Puncak Jaya, Rabu (27/9/2017).
Kapolda Papua dan Pangdam juga menginginkan agar perdamaian yang telah berlangsung di Puncak Jaya terus dibangun tanpa ada lagi konflik. “Kami tidak ingin ada konflik lagi di kabupaten Puncak Jaya, kami ingin agar masyarakat ada kedamaian dan persatuan dalam membangun kabupaten Puncak Jaya, agar masyarakat maju dan sejahtera,” kata Kapolda Papua dalam sambutannya yang diwakili Karo Ops Polda Papua, Kombes Pol Kharles Simanjutak.
Kharles mengemukakan, dalam acara ibadah perdamaian syukur umum di kabupaten Puncak Jaya yang berlangsung, Kapolda Papua menyampaikan permohonan maaf karena tidak bisa hadir yang seharusnya rindu bertemu dengan masyarakat puncak Jaya.
Kendati demikian, Kapolda Papua berpesan kepada masyarakat agar perdamaian yang dilakukan tidak hanya dilakukan sesaat akan tetapi perdamaian untuk selamanya. Sebab perdamaian bisa terjadi karena kehendak Tuhan. “Kita hidup sampai saat ini karena kekuasaan Tuhan, tidak ada yang kebutulan,” katanya.
Oleh karena itu, jika masyarakat menginginkan ada kedamaian dan kemajuan di kabupaten Puncak Jaya maka harus bersama-sama dan bergandengan tangan serta bahu membahu membangun daerahnya ke arah lebih baik tanpa ada konflik seperti yang terjadi selama ini.
“Kami sadar bahwa aparat kepolisian maupun TNI yang bertugas di kabupaten Puncak Jaya memiliki keterbatasan dalam memberikan pelayanan maupun pengamanan kepada masyarakat serta kurangnya profesionalisme yang dilakukan polri kepada masyarakat setempat,” katanya.
Oleh karena itu, dalam keterbatasan selama ini ingin seluruh elemen masyarakat, baik tokoh agama, tokoh masyarakat dan lainnya agar bersama-sama membantu memberikan rasa aman di daerah.
“Tugas keamanan tidak hanya semata-mata dibebankan kepada TNI dan Polri tanpa ada sinergitas dan ikut serta seluruh komponen yang ada, baik itu Pemda, khsusu tokoh masyarakat yang menentukan warna dari masyarakat itu sendiri,” tukasnya.
Dikakatakannya, ibadah perdamaian pengucapan syukur secara umum di kabupaten Puncak Jaya merupakan salah satu untuk memperkokoh dan mepererat rasa persatuan dan kesatuan antara sesama generasi penerus bangsa yang berada di kabupaten Puncak Jaya.
“Kita sadari bahwa masyarakat puncak Jaya adalah masyarakat yang cinta damai, akan tetapi bila tidak dijaga dengan benar akan menjadi ancaman bagi persatuan dan kesatuan bangsa,” katanya.
Untuk itu, ia mengajak agar menjadi ibadah syukuran sebagai moementum untuk meningkatkan kasih dan persaudaraan di tanah kabupaten Puncak Jaya dan Papua pada umumnya. “Lewat perdamaian ini, maka kami tidak ingin lagi ada konflik di kabupaten Puncak Jaya,” harap Eduard.
Iapun mengajak masyarakat untuk kembali pada kebenaran injil karena “injil adalah kekuatan Allah” terutama dalam injil tidak ada perseteruan, tidak ada dendam dan tidak ada perbuatan jahat lainnya.
“Mari kita impelementasikan bahwa tanah Papua adalah tanah yang diberkati, sorga kecil turun ke bumi karena kita yakini bersama bahwa barang siapa yang bekerja baik, tulus dan jujur di tanah ini maka akan mendapatkan tanda heran satu ke tanda heran lainnya,” katnaya.
Namun, lanjut dia, semua perlu direnungkan bahwa bila barang siapa yang bekerja di tanah ini selalu berbohong, memutar balikan fakta dan berbuat jahat maka ia akan mendapatkan Kutuk….kutuk dan terkutuk.
“Mari kita berdoa dan melakukan perbuatan yang menyenangkan hati Tuhan, sehingga terhindara dari kutuk, tapi damai sejahtera yang terjadi di tengah-tengah kita,” pungkasnya. (nius/don)