Korban Kebakaran Tak Ingin Faizal Terlihat di Kota Jayapura

866

Caption Foto : Ketua 05/RW 01 Kelurahan Aragapura, distrik Jayapura Selatan, Nurjaya ketika bersama Ketua Komisi II DPR Papua,Deert Tabuni ketika berkunjung di lokasi kebakaran beberapa waktu lalu. (Nius/PapuaSatu.com)

JAYAPURA, PapuaSatu.com –   Warga Kampung Weref yang terdiri dari RT 04 dan RT 05 Kelurahan Argapura Distrik Jayapura Selatan – Kota Jayapura, menginginkan Faizal salah satu otak pelaku pembakaran ratusan unit rumah warga yang terjadi, Selasa 24 Oktober 2017 lalu tidak ingin lagi terlihat di Kompleks maupun di Kota Jayapura.

“Kami tidak ingin Faizal ada di kompleks ini. Dia tidak gila, dia juga tidak stress. Kami  warga disini tau persis dia. Jadi  lebih dia (Faizal)  tidak boleh terlihat  di kompleks maupun di Kota Jayapura. Kami trauma atas dengan perbuatan yang dilakukan,” kata ketua RT 05,  Nurja di lokasi kebakaran rumah belum lama ini.

Selain tidak terlihat di Kompleks, warga RT 04 maupun RT 05 juga menginginkan kepada pihak kepolisian untuk memproses hukum  pelaku atas  perbuatan yang dilakukan, karena secara terang-terangan membakar  kamarnya  hingga menghangus sebanyak 225 unit rumah milik warga dan 770 kepala keluarga kehilang harta maupun tempat inggal

“Jadi, rumah  disini (TKP) sebanyak 225 bukan 220. Kami  warga sudah trauma dengan sikap yang dilakukan pelaku, sehingga kami minta agar pelaku  diproses hukum dan tidak boleh berada di komplek lagi. Lebih pindahkan dia di luar Kota Jayapura ini saja,” tukasnya.

Nurjaya pun membantah jika isu bahwa Faisal  salah satu pelaku pembakaran rartusan unit rumah di kampung Weref. “Faizal bukan orang stress dan bukan orang gila. Kalau orang gila, mestinya sudah buka baju dan berkeliaran di Kota Jayapura. Dia ini, beli rokok yang bagus,   bisa menelphone. Apa itu orang stress? Saya rasa tidak,” tegasnya.

Iapun menceriterakan bagaimana kehidupan Faisal di kompleks sejak duduk dibangku sekolah SD hingga SMA.  Nurjaya mengaku satu alumni dengan Faizal di sekolah SD APO Bukti barisan dengan Faisal dan juga SMEA kota Jaypaura. “Dia (Faizal) kakak kelas saya waktu. Entah kenapa, ketika duduk di bangku SMEA terlihat tubuh Faizal mulai kelihatan ke banci-bancian,” katanya.

Bahkan di kompleks terlihat kehidupan Faizal maupun keluarga cukup bagus karena perekeonomian semakin naik sehingga apapun  permintaan Faizal kepada   orang tuanya tercukupi. Namun berjalannya waktu, diketahui bahwa Faizal diduga salah satu pecandu narkoa sehingga sempat diberangkatkan ke Jakarta.

“Kami tidak tau entah ikut pendidikan kuliah atau bagaiman, tapi ketika kembali ke Jayapura, kehidupan Faisal sudah mulai berubah ditambvah ekonomikeluarga sudah semakin menurutn,”  jelas Nurjaya dengan tetap menolak kehadiran Faisal di kompleks.

Bahkan, lanjut Nurjaya sejak tahun 2016 lalu perilaku Faisal yang membuat  warga setempat semakin lucu.  Namun 2017, kadang kala mengecet motornya dengan cet minyak. “Dia bukan orang stress, dia waras karena dia bisa menelhpne dengan hanphone dan juga bisa belanja rokok,” katanya.

Namun sejak Oktober 2017 lalu, Faizal sempat membakar kursi di kamarnya sendiri. Namun warga sempat marah sehingga meminta kepada orang tua untuk direhabilitas, namun prang tua ngotot untuk tidak mengabulkan  saran dari warga setempat.

Puncak perilaku Faizal ketika membakar rumahnya dan kemudian  menghangus rtusan rumah warga serta hilngnya harta bendara. “Itu hanya karena ulah dari Faizal.  Jadi, warga disini secara tegas menolak kehdiran Faisal, kami tidak ingin  terlihat di kompleks lagi,”  tegas Nurjaya

Keluhan  itu, Nurjaya juga menyampaikan langsung kepada Ketua Komisi II DPR Papua ketika mengununjungi lokasi kebakaran sekaligus penyerahan bantuan kepada warga di Posko  pasca kebakaran.

Sementara itu, Ketua Komisi II DPR Papua, Deert Tabuni meminta kepada pihak kepolisian agar memastikan mengecek psikolgis pelaku pembakaran rumah warga tersebut. “
Polisi harus mengetahui apakah kebakaran murni stres atau ka disuruh. Pelaku harus diproses hukum sesuai perbuatan yang dilakukan. Sebab ulah pelaku membakar ratusan rumah dan menyisahkan rasa traumatis bagi warga, bahkan membuat anak-anak mereka tidak sekolah,” tukasnya.  (nius)